MANUSIA BINATANG MEMBINATANGKAN MANUSIA: THE HUMAN CENTIPEDE 2 (FULL SEQUENCE) & PIG

Saya tidak tahu mengapa perilaku sadis senantiasa diasosiasikan dengan perilaku binatang, mengingat kebuasan mereka terkadang masih kalah dengan kebuasan ego manusia. Ketika membaca sebuah berita tindak criminal yang sadis, tanpa sadar kita memberi komentar seperti “binatang!”, “asu!” dan sejenisnya. Secara kebetulan, dalam sepekan kemarin saya menyaksikan dua judul film yang mengumbar sisi binatang manusia dengan tanpa ampun yakni The Human Centipede 2 (Full Sequence) dan Pig.

THE HUMAN CENTIPEDE 2 (FULL SEQUENCE)
Tidak berbeda jauh dengan seri pertamanya, seri kedua yang masih ditangani oleh Tom Six ini benar – benar mampu menghadirkan rasa mual. Dan bagi saya, tingkat rasa mual yang dihadirkan oleh film ini berhasil melebihi seri pertamanya. Mengapa? Pertama, dari tampilan sosok antagonisnya yakni Martin Lomax (Laurence R. Harvey) yang meski sangat minim dialog, bahkan hampir tidak mengucapkan suara sama sekali, sudah berhasil menghadirkan perasaan tidak nyaman. Sosok antagonis di seri pertama memang juga menghadirkan rasa tidak nyaman, namun lebih ke merinding menakutkan, sedangkan Martin Lomax lebih ke rasa jijik. Rasa mual juga dibangkitkan dengan rentetan adegan kekerasan yang benar – benar brutal. Perusakan tubuh dilakukan dengan tanpa adanya rasa sesal, dan tanpa pilih – pilih. Meminjam istilah yang umum dipakai, Martin Lomax benar – benar binatang! Parahnya, Martin Lomax sebagai binatang, memperlakukan korban – korbannya layaknya binatang yang seakan tak ada harganya. (meski kulit buaya itu bias mahal sekali lho).

Dan yang menjadi pemicu utama bangkitnya rasa mual adalah dikemasnya film ini dalam hitam putih! Awalnya saya pikir hal tersebut bertujuan untuk meminimalisir visualisasi kesadisan dan kekotoran perilaku yang bakal dihadirkan. Damn you, Tom Six! Pewarnaan yang dia pilih nyatanya terbukti efektif memperkosa imajinasi kita. Rentetan visual yang dihadirkan memaksa pikiran (saya) untuk membayangkan dalam warna yang berbeda. Ketika otak saya mengolah rentetan visual tersebut, rasa mual yang muncul terasa lebih mendesak. Tom Six tahu benar bagaimana merasuki pikiran penonton, dan untuk hal tersebut saya berikan tepuk tangan yang meriah kepada beliau. Dilampiri misuh – misuh, tentu saja.Tom Six tidak sekedar menghadirkan horror di depan mata, namun langsung menghunjam ke pikiran. Merusak imajinasi. Aksi anarkis Tom Six ini tidak saja terasa kejam, namun juga terasa menjengkelkan karena saya membayangkan Tom Six seyum – senyum penuh arti melihat reaksi terhadap karyanya ini. Semoga rasa mual segera hilang ketika hadir The Human Centipede 3 (Final Sequence)

PIG
Berbeda dengan The Human Centipede 2 (Full Sequence) yang menyuntikkan horror ke pikiran, Pig yang merupakan kreasi dari Adam Mason menghadirkan kebrutalan perilaku manusia secara apa adanya. Hebatnya, hal tersebut dilakukan lewat satu kali rekam hampir sepanjang durasi keseluruhan! Sutradara yang mengidolakan Lars von Trier dan Gaspar Noe ini terlihat sekali melakukan pemberontakan terhadap pakem horror kebanyakan. Tidak hanya dari pengemasannya, namun juga karakterisasi serta motif yang melatar belakangi aksi sinting sang tokoh utama.

Sejak layar dibuka, kita disuguhi dengan perilaku buas dari sosok lelaki yang diperankan oleh Andrew Howard. Secara simultan sampai menjelang akhir durasi, perilaku sinting disajikan tanpa jeda. Manusia – manusia yang terperangkap, benar – benar diposisikan layaknya binatang piaraan (babi). Disembelih dan dikonsumsi darah dan bagian tubuhnya. Sebelum dikonsumsi, dihadirkan visualisasi isi perut yang diobok – obok tanpa ampun. Setelah puas dengan satu korban, korban yang lainnya di ajak “bermain-main” yang tentunya dalam permainan yang membuat kita mengelus dada.
Dengan satu kali rekam, kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Kesintingan sang tokoh utama membawa konsekuensi apa pun bisa terjadi di layar. Dan ketika sang tokoh utama bosan dengan “mainannya” kita pun disuguhi sebuah twist yang cukup mengejutkan. Tidak cukup orisinal karena apa yang dihadirkan menggiring saya pada film Hostel. Ups….

Semoga segala kesintingan yang dihadirkan dalam The Human Centipede 2 (Full Sequence) dan Pig hanya terjadi di layar. Amin. (Kabulkan doa Baim ya Allah)

5 comments:

callmetimo mengatakan...

selalu penasaran dengan Human Centipede, tapi kok ternyata gue sudah mual duluan setiap kali membaca ulasannya. semoga nanti akan ada waktu dimana gue cukup kuat untuk menonton film sakit ini.
thanks buat ulasannya! salam dari Sobekan Tiket Bioskop :D

mkllovers mengatakan...

Saya melihat karakteristik film horor yang unik sekali dari Human Centipede (first sequence). sebuah breakthrough yang mendobrak nalar manusia normal dan mengacak-acak akal sehat tanpa merasa bersalah di dalamnya. Tentu Tom Six berhasil membuat orgasme kegilaan terlepaskan dari sebuah hasrat yang terkekang atas sebuah nilai yang diusung masyarakat.
Jujur saya sendiri belum menyaksikan Human Centipede 2 karena belum menemukan link downloadnya. Andai ada yang telah memilikinya, bisa dishare bersama disini. Thx

soeby mengatakan...

@Timo : Buruan nonton. Keburu keluar seri ketiganya yang katanya bakal lebih gila lho ;p


@mkllovers : setuju. Human Centipede berhasil memberikan sebuah kengerian baru. Untuk seri keduanya, coba deh di cek di ganool.com

Anonim mengatakan...

abis liat human centipede 2, gw g bsa makan 2 hri, gilaaaaa

Anonim mengatakan...

Kok pd mual si liat the human centipede?? Gw udah liat yg pertama dan kedua kok biasa aja ya? Krn dr awal gw berpikir itu hanya film, jd ya biasa aja.. Lol

 

BLOG LIST

BLOG LIST

BLOG LIST