SEX & DRUGS & ROCK & ROLL


"There are a couple of ways to avoid death…one is to be a magnificent!"

Apa sih menariknya menjadi seorang male rock star? Dikelilingi dan dipuja kaum hawa? Menjadi trend setter? Bergelimang harta dan aneka fasilitas yang memanjakan? Atau mungkin pemakluman akan perilaku liar? Tidak bisa dipungkiri, penggambaran seorang male rock star di media (baca: film) senantiasa menghadirkan suatu ketertarikan, karena mereka, walau dibalut dengan gaya busana dan gaya dandan apapun senantiasa mempunyai daya pikat dan terlihat keren hingga mampu membuat banyak orang untuk meniru segala polah tingkah dan gaya sang rock star.



Dikebanyakan film yang mengisahkan seorang male rock star atau superstar untuk lebih cakupan luas tanpa melihat jenis kelamin, senantiasa menghadirkan keseragaman kisah. Bagaimana mereka pada awalnya merupakan sosok yang terbuang dan tersakiti dengan bakat istimewa yang pada perkembangannya tumbuh menjadi seniman musik eksentrik yang diakui kejeniusannya dalam bermusik hingga bermuara pada kepopuleran yang memabukkan. Disisi terdalam, sang superstar tersebut berjuang berdamai dengan dirinya sendiri, terutama terhadap peristiwa masa silam. Perjuangan tersebut digambarkan sangat depresif hingga menjerumuskan sang superstar ke dalam keterpurukan dan menyakiti orang-orang disekitarnya. Sang superstar sejatinya adalah seorang yang istimewa yang tinggal menunggu satu momen istimewa dimana dia bisa berdamai dengan masa lalu alias berdamai dengan dirinya sendiri yang bisa membuatnya menjadi sosok yang lebih baik dan tetap kondang tentu saja.
Sex & Drugs & Rock & Roll tidak beda jauh dengan film tentang seorang superstar kebanyakan, seperti Ray, De-Lovely, La Vie en Rose, Walk the Line atau bahkan Boogie Nights. Ian Dury (Andy Serkis) dengan kondisi dan tampilan fisik yang kurang sempurna serta masa lalu yang tidak bisa dibilang manis, menjelma menjadi seorang rock star yang cukup dikagumi di penghujung 1970-an berkat kreasi lirik serta aksi panggung yang lain daripada yang lain. Sebagai seorang rock star, tentu saja perilaku Ian Dury sangatlah bermasalah. Dia bukanlah suami dan ayah yang baik serta bermulut kotor dan seringkali bertindak anarkis. Dibalik keliarannya, dia sebenarnya patut dikasihani. Polio yang menghinggapinya membuat dirinya kerap menjadi korban kekerasan dan oleh ayahnya dimasukkan ke panti. Hal ini justru membuat Dury menjadi sosok yang bermasalah dan sangat merindukan sosok ayahnya hingga berpengaruh terhadap hubungannya dengan sang anak nantinya.


Meski secara garis besar kisahnya tidaklah terlalu istimewa, Sex & Drugs & Rock & Roll menjadi tontonan yang menarik berkat sentuhan Mat Whitecross yang mengemas film ini dalam irama yang cepat dengan gempuran visual yang menarik. Gambar-gambar yang dihadirkan sepertinya mencoba mengakomodir sosok Ian Dury yang liar, labil, kacau,eksentrik sekaligus puitis. Magnet terbesar Sex & Drugs & Rock & Roll tentu saja adalah Andy Serkis yang tampil amat total sebagai Ian Dury. Tidak menyangka sosok Gollum itu mampu menjelma sebagai seorang rock star dengan amat sangat meyakinkan. Apalagi ditunjang dengan polesan make-up mirip badut yang mempertegas kesan menggelikan sekaligus mengenaskan.
Bagaimana dengan musiknya? Buat pecinta aliran musik punk rock mungkin film ini bisa menghadirkan kesegaran. Kalau saya sih terus terang belum bisa menikmati musik Ian Dury yang dihadirkan dalam film yang judulnya merupakan judul salah satu single-nya ini. Bukannya tidak suka lho, tapi belum suka. Tapi tidak bisa disangkal, lirik-lirik yang dihasilkan oleh Ian Dury sangatlah unik dan berima. Kalau kamu suka Velvet Goldmine, ada kemungkinan bakal suka dengan Sex & Drugs & Rock & Roll.


Setelah menyaksikan Sex & Drugs & Rock & Roll, dalam benak saya muncul pertanyaan, ada gak sih superstar yang hidupnya lurus tidak mudah terjerat godaan obat terlarang dan skandal seks. Seorang rock star yang santun serta halus tutur kata dan perilaku (utopis sekali ya hahahaha....). Terlepas dari beban yang mereka tanggung akibat tekanan popularitas, sadarkah mereka sebagai seorang sosok kondang mempunyai daya pikat luar biasa yang membangkitkan perilaku imitasi dari para penggemarnya? Sadarkah mereka, tidak sedikit para muda belia labil yang begitu memuja mereka hingga senantiasa melakukan aksi-aksi yang bertujuan mengidentikkan diri mereka dengan sang idola? Iya sih, mereka manusia juga yang kadang suka khilaf. Tapi tidak perlu berulang-ulang dengan kekhilafan yang sama kan. Pakai tidak ngaku dan minta maaf lagi. Sebel ngelihatnya. Superstar itu seperti superhero, yang dengan kekuatan dan pesonanya mendatangkan sebuah tanggung jawab yang lebih besar. IMO.

3 comments:

Moviebuzzter mengatakan...

Wah, akhirnya kembali lagi ngeblog....

ajirenji mengatakan...

"Pakai tidak ngaku dan minta maaf lagi. Sebel ngelihatnya."

wah..siapa tuh? hehehe

btw, gak pake rating lagi mas?

curhatsinema mengatakan...

@moviebuzzter : iya, semoga bisa ngeblog terus sampai mati *lebay*


@ajirenji : lagi males pake rating, gak tau kenapa

 

BLOG LIST

BLOG LIST

BLOG LIST