skip to main |
skip to sidebar
Orang tua memang punya pengaruh penting dalam pembentukan karakter anak, namun pergaulan anak di luar rumah juga mempunyai peran yang tak kalah penting. Bahkan, pada beberapa kasus, justru lingkup teman sepermainan pengaruhnya melebihi pengaruh orang tua. Apalagi di jaman sekarang yang godaan duniawi hadir dimana-mana dalam banyak rupa. Orang tua kadang sudah membekali anak dengan nilai-nilai positif dan menaungi sang anak dengan kasih sayang, akibat pergaulan yang kurang tepat, bisa jadi pondasi karakter yang dibangun bisa ambruk dan memakan korban.
Sebagai anak tunggal, Dom (Calum McNab) sebenarnya tidaklah kekurangan kasih sayang orang tua. Bahkan, kedua orang tuanya cenderung merupakan tipe orang tua yang asyik, harmonis dan menuruti hampir setiap keinginan Dom, meski dari Dom tidak ada timbal balik perilaku yang semestinya. Dom juga mempunyai teman bermain seumuran yang bisa diajak melakukan aksi-aksi keren dalam pandangan anak muda kebanyakan. Dom yang manis, berperilaku berbeda ketika dirinya bertemu dengan Bex (Paul Anderson). Dimata Dom, Bex adalah sosok yang keren dan hebat hingga Dom dibuat kagum. Layaknya seorang penggemar seorang bintang, Dom mulai mendekati Bex dan mulai masuk dalam lingkup pergaulan Bex dimana banyak diantaranya berusia jauh di atas Dom.
Biar makin diterima di lingkungan pergaulan Bex, Dom mulai mengadaptasi banyak hal dari kelompok tersebut biar makin identik dengan mereka, mulai dari gaya bicara, mencomot kosakata yang kadang tidak dia pahami artinya hingga gaya berpakaian yang menguras kantong ayahnya. Dom makin lama makin terseret ke dalam hidup Bex dan mengikis jati dirinya, tanpa mengetahui secara mendalam siapa dan bagaimana Bex yang sesungguhnya. Hingga pada akhirnya Dom merasakan ada yang tidak beres ketika dirinya terperangkap dalam perseteruan antar kelompok yang kerap bertarung dengan brutal. Saatnya Dom untuk memutuskan, apakah tetap bertahan disamping Bex yang dia kagumi atau keluar dengan resiko melapaskan hal-hal yang (sebelumnya) dia anggap keren.
The Firm merupakan remake dari film TV dengan judul yang sama. Kalau versi terbaru ini disutradarai oleh Nick Love (saya suka nama ini), versi aslinya diarahkan oleh Alan Clarke dan dibintangi oleh Gary Oldman yang berperan sebagai Bex. Versi asli dari The Firm dari yang saya baca, lebih menyoroti sosok Bex. Pendekatan Nick Love yang menggunakan sudut pandang dari Dom menurut saya membuat The Firm ini bisa menjadi sebuah pembelajaran yang bagus buat penonton remaja. Tanpa ada kesan menggurui, film ini menurut saya berhasil memberikan gambaran tentang resiko dalam memilih teman bergaul.
Menyaksikan The Firm, mengingatkan saya pada American History X. Ada kemiripan antara dua film tersebut. Dom itu seperti tokoh yang diperankan Edward Furlong yang masuk kelompok pergaulan penuh anarkis bukan karena tujuan dari kelompok tersebut tapi lebih karena sosok yang dianggap hebat. Kalau sudah begini, siapa yang masih menyangkal pengaruh seorang idola terhadap penggemarnya? Beri contoh yang baik pada mereka dong. Misalnya, mengakui perbuatannya ketika tertangkap melakukan aksi rekam persenggamaan yang sialnya tersebar ke seluruh dunia. The Firm juga mengingatkan saya pada Romper Stomper. Kegelisahan Dom melihat aksi Bex yang makin diluar kendali, sama dengan kegelisahan yang melanda Davey (Daniel Pollock) dan Gabrielle (Jacqueline McKenzie) akan polah beringas Hando (Russel Crowe). Kalau kamu suka dengan dua film tersebut, The Firm patut dicoba. Dan buat yang suka tampil sporty, gaya busana dalam The Firm patut ditiru.
0 comments:
Posting Komentar