skip to main |
skip to sidebar
Sebagai anak desa, dulu saya sering berangan – angan, setelah lulus kuliah ingin pergi dari desa dimana saya tinggal karena menganggap desa saya tersebut tidak memberi jaminan hadirkan pengalaman hidup yang mengkayakan. Saya tidak punya keinginan muluk seperti ke luar negeri misalnya. Saya cukup puas seandainya bisa menetap di wilayah yang lebih “kota” dan bisa hidup mandiri. Kesannya lebih menantang. Mungkin terselip kesombongan dari keinginan tersebut. Namun, itulah angan-angan saya dan setiap orang rasanya bebas mempunyai angan-angan. Apakah saya berhasil mewujudkan angan –angan saya? Hmmm…sayang sekali tidak. Atau belum? Mungkin saya terlalu sombong mempunyai angan-angan yang terlalu tinggi, tanpa melihat kemampuan diri atau mungkin karena saya termasuk dalam kategori orang malas yang kurang keras dalam usaha mewujudkan angan – angan (pecundang).
Seperti saya (dan banyak pemuda lainnya), Cemetery Junction menghadirkan sosok muda yang merasa terjebak di sebuah lingkungan monoton yang terkesan tidak berkembang. Freddie (Christian Cooke), Bruce (Tom Hughes) dan Snork (Jack Doolan) adalah 3 pemuda yang menjalani kehidupan yang cenderung membosankan di Cemetery Junction, hingga seringkali membuat ulah dan terpaksa berurusan dengan pihak yang berwajib. Ada satu lagi, Julie (Felicity Jones), cewek cantik yang terjebak oleh nilai konvensional yang menjerat langkahnya. Keempat pemuda tersebut mempunyai impian untuk keluar dari Cemetery Junction. Berhasilkah? Well, pada akhirnya, situasi dan kondisi sangat mempengaruhi keputusan mereka. Benar atau salah keputusan yang mereka ambil rasanya bukan sesuatu yang tepat untuk dipermasalahkan, mengingat ada yang lebih penting lagi, yakni bagaimana mereka menjalani pilihan mereka sebaik mungkin dan tanpa penyesalan.
Cemetery Junction ini sedikit mengingatkan saya pada It’s A Wonderful Life. Dalam film tersebut, George Bailey (James Sterwart) mempunyai impian melihat dunia namun pada akhirnya harus mengendapkan mimpinya karena berbagai hal. Apa yang dialami oleh George tersebut mirip dengan yang terjadi pada salah satu pemuda yang batal mewujudkan mimpinya, meski pada awalnya dialah yang paling bersemangat mewujudkan impian melihat dunia. Pilihannya tersebut bisa jadi dipandang sebagai sebuah kepasrahan atau semangat juang yang rendah. Namun, sepanjang hidup kita bisa berguna bagi orang lain, rasanya hidup kita tidaklah sia-sia. Kepasrahan kadang juga bisa merupakan wujud syukur atas hidup yang kita jalani. Jadi tak perlu berkecil hati kalau kita tidak bisa seperti orang lain yang bisa melihat dunia atau bisa sukses bertahan di kerasnya kota besar. Berdamai dengan diri sendiri akan ketidakberhasilan meraih mimpi tidaklah ringan. Butuh proses panjang untuk sampai tahap bisa memahami posisi kita dalam dunia ini. Butuh waktu untuk mengubur mimpi dan menggantikannya dengan mimpi baru. Itulah yang saya rasakan ketika memutuskan untuk tinggal di wilayah yang sering saya sebut dengan kerajaan kecilku hehehehe...
Selain masalah meraih mimpi, Cemetery Junction yang awalnya diberi title The Man from the Pru ini juga menyentil soal asuransi (dari judulnya, tahu dong yang dimaksud). Dalam film ini Ricky Gervais dan Stephen Merchant sebagai penulis cerita (sekaligus sutradara) menghadirkan opsi, apabila kamu mempunyai sejumlah dana, akan kamu pakai untuk mewujudkan mimpi atau kamu investasikan pada perusahaan asuransi hingga bisa diandalkan kalau terjadi sesuatu atas dirimu? Spontan atau terencana? Sikap duo penulis tersebut sangat jelas pada salah satu adegan dengan menempatkan asuransi sebagai pihak perampas mimpi. Duo Ricky Gervais dan Stephen Merchant lewat Cemetery Junction memang seakan memprovokasi kita untuk berjiwa bebas, spontan dan mempunyai semangat mengejar mimpi. Namun untungnya, keduanya tidak lantas merendahkan dan menghakimi mereka yang memilih untuk melepaskan mimpinya, asal demi sesuatu yang memang pantas.
Cemetery Junction cukup menarik buat ditonton. Penampilan Christian Cooke dan Tom Hughes pastinya bakal bikin ngiler para penggila kaum adam berwajah rupawan. Buat pecinta wajah cantik tak perlu kuatir mengingat ada Felicity Jones yang sedap dipandang. Ricky Gervais? Sepertinya kehadirannya hanya sebatas penglaris semata. Tidak penting.
0 comments:
Posting Komentar