skip to main |
skip to sidebar
Malang benar nasib Juan Oliver (Alberto Ammann ), berbekal niat baik dia mengunjungi penjara dimana sebenarnya dia baru akan memasukinya sehari kemudian. Juan ingin mengenal lingkungan baru tempat dia akan bekerja dan ingin menunjukkan dedikasinya pada pekerjaan barunya. Menyedihkan, kadang niat baik tidaklah menghasilkan sesuatu yang baik pula karena adanya situasi yang sulit kita control, apalagi dengan posisi kita sebagai orang yang benar – benar baru. Saat dimana Juan ingin mengenal tempat kerjanya, bertepatan dengan rencana napi kawakan, Malamadre (Luis Tosar), melakukan aksi pembajakan penjara demi membebaskan diri. Malang tak dapat ditolak, mujur tak bisa diraih. Juan yang tidak tahu apa-apa harus terjebak dalam situasi kacau dan penuh kekerasan. Padahal, di luar sana ada istri yang sedang hamil tua.
Selalu ada jalan bagi orang yang mau berusaha. Demi keselamatan, Juan putar otak membuat strategi dengan berpura – pura menjadi tahanan baru. Pada perkembangannya, strategi tersebut sangatlah berbahaya karena ada pihak – pihak lain dengan rencana masing – masing yang siap bersinggungan hingga menimbulkan percik – percik pertikaian. Belum lagi selipan konflik bermuatan politis yang membuat suasana makin kacau balau. Juan sedikit beruntung dengan keberhasilannya mengambil hati Malamadre yang disegani banya nara pidana lainnya. Dua orang dengan beda karakter ini terlibat interaksi yang menarik, terlibat tarik ulur kepercayaan.
Juan adalah orang yang berada di tempat yang salah dan pada waktu yang salah. Inilah jenis orang yang sesial – sialnya orang sial, karena tidak bisa mengontrol situasi yang ada. Sebuah kejadian yang membuat orang yang sangat dicintai Juan mendapat perlakuan yang tidak mengenakkan, membuat Juan meninjau ulang posisinya. Juan benar – benar diposisikan di persimpangan yang dipenuhi berbagai kemungkinan terburuk. Melihat posisi Juan, saya jadi teringat pada posisi karakter yang diperankan Leonardo Di Caprio dalam The Departed. Dilematis dan berhadapan dengan banyak tembok. Semua kesialan yang Juan alami bermula pada ruang sel bernomor 211.
Film bersetting penjara rasanya tidak afdol kalau tidak menyelipkan kritikan terhadap pemerintah berkaitan dengan pengelolaan penjara. Lazim ditampilkan, baik di dunia nyata maupun di kisah fiksi, kekejaman yang dilakukan oleh para sipir penjara. Dalam Cell 211, kekerasan yang dilakukan oleh oknum sipir penjara, memicu Juan berubah posisi. Cell 211 juga menghadirkan perilaku hitam para sipir yang bisa dengan mudah diajak bekerja sama oleh para napi. Dengan uang, gayung yang dilempar Gayus, disambut dengan meriah oleh para oknum. Eh?!
Selain naskahnya yang cukup padat, Cell 211 juga ditopang oleh penampilan yang cukup apik dari duo Luis Tosar dan Alberto Ammann. Sinergi keduanya terlihat bagus. Luis Tosar dengan jam terbangnya yang sudah tinggi, termasuk ikut berperan dalam Miami Vice (2006), dikonfrontasikan dengan Alberto Ammann yang pendatang baru. Sebuah casting yang tepat. Luis Tosar tampil dengan kematangan dan dominasinya, sedangkan Alberto Ammann tampil cukup memikat dengan kecanggungannya. Cell 211 yang meraih banyak piala dalam Goya Awards 2010 ini, cukup pantas dimasukkan ke dalam barisan film-film yang bersetting di dalam penjara seperti A Prophet, The Green Mile, Shawshank Redemption, Das Experiment, Hunger atau.... Bare Behind Bars hehehe....
0 comments:
Posting Komentar