skip to main |
skip to sidebar
Setiap hal di dunia ini pastilah mempunyai sejarah. (eh…mirip kalimat pembuka di curhatan Le Bal hehehe…). Segala hal itu ada prosesnya. Setiap reaksi muncul karena adanya aksi. Setiap akibat pasti ada sebabnya. Mother Teresa of Cats arahan Pawel Sala ini dibuka dengan ditangkapnya dua bersaudara yakni Arthur (Mateusz Kosciukiewicz, wajahnya mirip Leonardo DiCaprio) dan Marcin (Filip Garbacz). Keduanya menjadi tersangka utama atas meninggalnya ibu mereka, Teresa (Ewa Skibinska). Kita pastinya bertanya- Tanya apakah benar perilaku keji tersebut dilakukan oleh keduanya? Kalau benar, mengapa tragedy kemanusiaan tersebut bisa terjadi? Disinilah Pawel Sala menjawab dua pertanyaan besar tersebut dengan cara yang cukup berbeda dengan film kebanyakan.
Pendekatan yang dipilih oleh Pawel Sala sebenarnya bukanlah sesuatu yang baru, mengingat Christopher Nolan pernah menggunakannya lewat Memento. Paska ditangkapnya dua bocah tadi kita diajak untuk mengikuti secara mundur sebuah history of murder. Dimulai dari 1 hari sebelum penangkapan, 2 hari, 3 hari hingga 13 bulan ke belakang. Ternyata, tindak criminal yang terjadi mempunyai perjalanan atau proses yang cukup panjang. Dengan pendekatan ini, Pawel Sala tidak tunduk pakem yang ada, seperti adanya pengenalan tokoh, konflik hingga penyelesaian konflik. Dengan gaya bertutur yang dipilih, Mother Teresa of Cats tak pelak menjelma menjadi sebuah tontonan yang stylish dan penonton dituntut untuk merangkai kepingan demi kepingan demi mendapatkan gambaran yang utuh layaknya menyusun puzzle . Namun apakah kepingan – kepingan yang dihadirkan tersebut berhasil memandu penonton untuk menyusunnya menjadi sesuatu yang utuh?
Dari perunutan mundur yang dihadirkan, kita bisa melihat berbagai hal yang kemungkinan menjadi pemicu aksi brutal dua anak durhaka tadi. Namun dimata saya, tak ada informasi yang benar – benar bisa dijadikan pegangan yang kuat bagi kita untuk memaklumi perbuatan Arthur dan Marcin. Potongan demi potongan terasa mengambang. Memang, pembunuhan, apalagi terhadap ibu kandungnya sendiri, bukanlah sebuah perbuatan yang bisa dimaklumi, namun paling tidak ada sebuah alasan kuat mengapa seseorang itu pantas untuk disudahi nyawanya. Sebagai seorang ibu, Teresa mungkin bukanlah yang terbaik. Dia digambarkan cenderung lebih peduli pada kucing dibandingkan memahami perasaan anak dan suaminya. Pada beberapa adegan, ketika suami dan anaknya membutuhkan perhatian, dia dengan mudahnya mengalihkan perhatian pada kucing yang mengeong. Namun apakah hal tersebut bisa dijadikan motif yang kuat untuk membunuhnya? Toh, Teresa juga bekerja keras demi menghidupi keluarganya.
Diluar masalah kucing yang merebut atensi sang ibu, Arthur sendiri sebenarnya bukanlah sosok yang mudah dipahami. Wataknya cenderung temperamental, suka menuntut dan merasa dirinya mempunyai kekuatan supranatural. Dia juga mempunyai semacam kuasa mengendalikan adiknya yang pasif dan pendiam. Dengan perwatakan yang ada, susah bagi saya untuk bersimpati kepadanya. Dibandingkan melihatnya sebagai sosok yang tertekan, saya justru melihat dirinya itu ibarat setan. Hal ini mungkin disebabkan lemahnya pengembangan karakter dari Arthur. Runutan ke belakang tidak memperlihatkan Arthur yang berbeda. Sang creator justru menghadirkan sebuah isu berkaitan dengan Perang Irak. Mother Teresa of Cats menjelma menjadi sebuah film yang mengagendakan anti perang. Kekerasan yang terjadi di luar sana, ternyata berpengaruh terhadap kekerasan yang terjadi di sebuah rumah tangga. Oalaaah….Kehadiran isu Perang Irak membuat segala hal yang dihadirkan sebelumnya menjadi terlihat rapuh. Kurang berhasil memberikan landasan yang kuat bagi saya untuk memahami dan melihat Mother Teresa of Cats sebagai sebuah tontonan yang utuh.Saya juga kurang paham dengan maksud dihadirkannya kerabat jauh dari Teresa.
Dibalik lemahnya kisah yang dihadirkan, dimata saya Mother Teresa sangat terangkat dengan penampilan para bintangnya yang memikat. Mateusz Kosciukiewicz berhasil menghadirkan sosok Arthur yang impulsive dengan cukup meyakinkan. Hal tersebut diimbangi dengan wajah polos dari Filip Garbacz. Sebagai Teresa,juga tampil apik. Ekspresi yang dia tampilkan sungguh membuat saya hanyut dalam suasana depresif. Begitupun dengan pemeran sang ayah. Mother Teresa of Cats juga sangat terbantu dengan penggarapan dari sisi teknis yang apik. Beberapa adegan mempu memikat saya, seperti adegan ketika kamar Arthur disorot dari atas saat Arthur melarang si kerabat jauh memasuki kamarnya. Adegan tersebut terasa menegangkan mengingat Arthur memegang pisau berlumuran darah. Tapi saya paling suka adegan aktivitas pagi hari yang melibatkan cermin. Kereeen. Tonton deh film yang terinspirasi dari kisah nyata ini. Oh iya, soal kisah nyata, mungkin kita bisa lebih memahami film ini kalau tahu kasus sebenarnya yang sayangnya belum bisa saya dapatkan meski sudah menjelajah dunia maya.
0 comments:
Posting Komentar