INTERSTELLAR : MENJADI AYAH DALAM PANDANGAN CHRISTOPHER NOLAN


 Ketika dunia sudah tidak bisa memberikan rasa nyaman dan aman yang merupakan secuil syarat untuk bertahan hidup, apa yang bakal dilakukan oleh seorang ayah demi keluarganya? Jawabannya, apapun mungkin dilakukan oleh seorang ayah. Bahkan aksi yang tak terpikirkan sekalipun. Itulah yang menjadi pilihan Cooper (Matthew McConaughey). Tawaran untuk menembus dan melintasi dunia asing dia terima, meski tidak mendapat restu dari putrinya, Murph (Mackenzie Foy, Jessica Chastain, Ellen Burstyn). Tawaran dari Prof. Brand (Michael Caine) memang susah buat ditolak. Selain demi masa depan keluarganya (baca : putrinya), misi yang harus dia laksanakan bisalah sebagai sarana aktualisasi diri yang sempat terganjal di masa lampau.
Selanjutnya, kita disuguhi dengan kisah petualangan yang mencengangkan dari Cooper dkk. Banyak teori disemburkan, keajaiban gambar terpapar di layar secara simultan membuat mata terbelalak dengan balutan musik dahsyat besutan Hans Zimmer. Apa yang tersaji di layar terlihat grande, rumit dan kompleks. Tapi kalau kita menyimaknya dengan hati, Interstellar sejatinya sebuah kisah yang amat sangat sederhana. Kisah tentang Ayah. Segalanya tentang ayah. Interstellar seakan menjadi ajang curhat dari Christopher Nolan tentang apa dan bagaimana menjadi ayah. 
Hilangkan segala macam teori yang membalut kisah serta balutan visual yang memanjakan indera. Interstellar seakan menghadirkan kisah seperti ini : seorang ayah yang demen dan jago mengendarai kendaraan, ditengah situasi sulit pangan ditawari kerja berdasarkan gairahnya tersebut namun konsekuansinya dia harus meninggalkan keluarganya (sekali lagi, baca : putrinya). Biar anaknya tidak terancam kelaparan, sang ayah menerima tawaran kerja tersebut, selain....yah menyalurkan hobi dan gairahnya. Paket combo banget. 
Di babak berikutnya, tepatnya di perantauan, sang ayah seakan ingin menunjukkan, betapa tidak mudahnya pekerjaan yang harus dia jalani. Banyak sekali ancaman. Taruhannya nyawa yang menyebabkan dia tidak bisa kembali pada keluarganya. Tapi bagaimana lagi,toh itu demi gairah dan kehidupan keluarganya. Semoga keluarganya, terutama putrinya memakluminya. Lagian, sebenarnya sang ayah juga tidak mudah hidup jauh dari keluarganya. Ada rasa sakit ketika tidak bisa mendampingi dan melihat tumbuh kembang anak-anaknya. Tapi, sekali lagi, mau bagaimana lagi, semua juga demi keluarganya. Dan gairahnya. Semua karena cinta deh pokoknya. Harap dimaklumi ya. Sang ayah tinggal berharap, apa yang dia komunikasikan sewaktu masih sering bersama, bisa menjadi bekal yang cukup buat anak - anaknya di masa depan. Semua bisikan sang ayah di masa lalu, menjadi sebuah panduan di masa depan. Kekuatan memori sejalan dengan teori relativitas ketika dikaitkan dengan waktu.
Interstellar pada akhirnya, dimata saya menjadi sebuah film tentang ayah. Cooper pergi demi keluarganya. Kebohongan Prof. Brand demi keselamatan putrinya, Amelia (Anne Hathaway), keculasan Dr. Mann (Matt Damon), tidak bisa tidak, juga demi keluarganya. Pendekatan yang diambil Nolan dalam Interstellar, mau tidak mau membuat sudut pandang yang terpapar menjadi tidak seimbang. Dinamika emosi dari anak kurang tercurahkan dengan baik. Bukan sebuah kelemahan, karena sekali lagi, menurut saya, Interstellar ini memang seputar curahan hati seorang lelaki yang menjadi ayah. Saya seorang ayah dengan satu anak perempuan, saya bisa memahami film ini. Tapi tak perlu menjadi seorang ayah untuk menikmati film ini. Cukup dengan hati.

0 comments:

 

BLOG LIST

BLOG LIST

BLOG LIST