Dengan dedikasi tinggi akan pekerjaannya serta kepedulian penuh akan keindahan ragawinya sendiri, siapa yang mengira kalau Gilang (Al Fathir Muchtar dalam penampilan terbaiknya) berasal dari keluarga yang anggotanya mempunyai perilaku yang dianggap abnormal oleh kebanyakan orang. Ibunya (Marcella Lumowa) berniat pisah dengan bapaknya karena sang suami (Jarwo Kwat) berniat melakukan poligami. Sejak ditinggalkan istrinya yang memilih Ijah si pelayan lesbian, pamannya Gilang (Arie Daginkz yang tidak lagi berdaging namun sukses memancing tawa saya) mempunyai kelainan jiwa dan sering berperan layaknya agen rahasia atau cewek bernama Penelope. Kakek dan nenek Gilang (diperankan Sutrisna dan Djaety) bertingkah tak kalah ajaib. Meski buta, Kakek Gilang suka melakukan aktivitas yang jamak dilakukan oleh kaum muda dan doyan menggoda para gadis. Nenek Gilang mempunyai kesenangan berkomunikasi dengan teman imajinernya yang bernama Sabrina. Polah tingkah yang ajaib dari para anggota keluarganya, tak pelak menjadi ancaman terhadap pencitraan Gilang selama ini, terutama di mata pacarnya, Meisya (Marsha Timothy). Disinilah Gilang mulai melakukan kebohongan demi kebohongan demi menggagalkan pertemuan Meisya dengan keluarganya.
Ardy Octaviand lewat Oh Tidak…! mencoba menghadirkan sebuah komedi situasi yang berlandaskan pada kebohongan. Sang creator seakan paham benar dengan formula komedi seperti ini. Dalam film Holly, kebohongan sering digunakan sebagai senjata demi memancing konflik yang menghibur. Misalnya dalam The Proposal, kebohongan yang dilakukan oleh Sandra Bullock dan Ryan Reynolds merupakan kunci konflik. Akumulasi kebohongan tersebut menyebabkan kekacauan yang kalau dikelola dengan apik mampu menghadirkan sebuah kelucuan tersendiri. Berhasilkah Ardy Octaviand? Menurut saya sih Ardy cukup berhasil ya dengan beberapa kali sunggingan senyum di bibir saya dan istri saya. Polah tingkah anggota keluarga Gilang benar – benar ajaib meski aksi komikal mereka kurang mendapatkan landasan yang meyakinkan dan terkesan sekedar untuk pemancing tawa. Interaksi nenek dengan teman imajinernya tidak secara konsisten dihadirkan dan lebih focus pada kegilaan kakek dan paman Gilang.
Ditengah gempuran horror komedi yang makin tidak jelas, sayangnya kehadiran Oh Tidak…! tidak mendapatkan atensi yang pantas gara – gara perilisan yang terbatas. Padahal, menurut saya Oh Tidak..! menghadirkan sesuatu yang berbeda. Ketika komedi sinema Indonesia lebih banyak menyorot soal cinta dan setan, Oh Tidak…! berani mengangkat seputar family value. Lebih berani lagi, hal tersebut ditempelkan pada keluarga yang (terlihat) abnormal. Oh Tidak…! seakan menegaskan kalau setiap keluarga mempunyai nilai dan system tersendiri. Meski terlihat ajaib, keluarga Gilang mempunyai cara tersendiri untuk menjaga keutuhan keluarga. Oh Tidak…! mengajak kita untuk lebih mencintai dan mensyukuri keluarga dengan segala ketidaklazimannya mengingat disitulah sebagian dari kita terbentuk. Dan lagi, tak ada yang bisa menghapuskan pertalian darah. Menyaksikan film ini saya jadi teringat komentar teman – teman saya dulu waktu melihat perilaku anggota keluarga saya, terutama ayah saya yang terkadang suka bertingkah sedikit berlebihan. Tidak seperti anaknya yang kalem ini. Namun, saya tetap bangga dengan keluarga saya.
Menyaksikan Oh Tidak...! mengingatkan saya pada seri The Modern Family, sebuah sitcom yang menghadirkan kelucuan – kelucuan dari polah tingkah keluarga besar Pritchett. Oh Tidak…! mau tidak mau juga mengingatkan saya absurdnya perilaku anggota keluarga dalam Little Miss Sunshine. Saya tidak bermaksud membandingkan kualitas Oh Tidak…! dengan dua judul tersebut, namun apa yang dihadirkan dalam Oh Tidak...! patutlah mendapatkan apresiasi tersendiri. Ketika banyak film Indonesia menafikkan peran keluarga hingga tokoh – tokohnya terkesan kehilangan akar, Oh Tidak…! justru menghadirkan yang sebaliknya.
Heretic - Review
1 minggu yang lalu
0 comments:
Posting Komentar