skip to main |
skip to sidebar
Saya sering berpikiran, bagaimana kita memandang hidup itu sangat berpengaruh terhadap tingkat kebahagiaan yang bisa kita rasakan ketika menjalani kehidupan di dunia yang penuh aneka rupa peristiwa ini. Orang yang paling bahagia adalah orang yang pandai bersyukur. Ketika diberikan cobaan, dia bersyukur. Ketika diberi anugerah, dia lebih bersyukur lagi. Orang model begini memang sulit ditemui. Susah lagi menyikapi segala sesuatu dengan positif. Tapi percaya deh, kalau bisa menerapkannya, dijamin kebahagiaan akan menghampiri kita, apapun kondisi yang sedang menimpa kita. Kalau sudah begini, surga serasa sudah ada dalam genggaman. Orang yang susah bersyukur, akan selalu merasa ada yang kurang, hingga sibuk meratapi hidupnya dan kadang melampiaskannya lewat emosi yang berlebihan. Neraka pun siap memanaskan hati dan hidupnya.
Dengan tanda lahir yang dengan cantiknya tercetak di sebelah mukanya, Jamie Morgan (Jim Sturgess) menjalani hidupnya dengan kemurungan. Dia juga seakan diliputi kemarahan akan nasib sial yang menimpa dirinya. Hidup dengan tanda lahir di wajah di dunia yang sangat memuja keindahan raga memang tidaklah mudah. Belum lagi dengan tak adanya sosok ayah yang selalu bisa membuat Jamie mensyukuri hidupnya. Masih belum cukup, kekerasan juga kerap menghampiri hidup Jamie. Atas apa yang menimpa dirinya, Jamie menganggap hidupnya bak neraka. Padahal, masih ada ibu dan saudaranya yang menyayanginya.
Kemarahan, rendah diri dan sikap negative lainnya bisa dengan mudah mengundang setan untuk menyusup. Tragedi yang menghampiri berhasil membuat Jamie terselimuti angkara murka. Disinilah Papa B (Joseph Mawle) hadir dan menjanjikan sebuah perubahan yang (terlihat) indah. Meski awalnya ragu, hadirnya setan cilik, Belle (Nikita Mistry), membuat Jamie goyah dan menerima pemberian sang setan. Selanjutnya, Jamie harus membayar apa yang telah dia nikmati. Sang setan selalu berhasil memojokkannya, Namun, apakah dia akan diam saja ketika sang setan meminta yang menjadi kesayangannya?
Di mata saya, lewat Heartless Philip Ridley menyajikan sebuah tontonan yang apik dan asyik meski berisi hal yang cukup berat, bagaimana seorang pemuda melihat dan menjalani kehidupannya di tengah dunia yang makin tidak ramah ini. Selain penggunaan warna merah yang cukup kontekstual, Philip Ridley juga menyelipkan quote-quote yang memancing kita untuk memahami lebih dalam. Philip Ridley dengan cukup jeli mengungkapkan kegelisahan anak manusia diantara pilihan – pilihan yang menghampirinya. Dimana setiap pilihan pasti mengandung sebuah konsekuensi.
Heartless makin mengesankan berkat lagu – lagu yang selain asyik, liriknya benar-benar pas dengan adegan yang terpampang. Jim Sturgess kembali memperdengarkan suara khasnya seperti waktu berlakon di Across the Universe. Dalam film ini, Jim Sturgess cukup berhasil menunjukkan sisi lain dari dirinya, meski masih saja manis. Meski mungkin terkesan sedikit preachy bagi sebagian penonton, pesan dalam film ini rasanya bakal sampai dengan cukup baik pada para penonton muda. Surga dan neraka (dunia) itu bisa diciptakan oleh kita sendiri. Intinya pada rasa syukur, yang dimulai dengan menghargai apa yang kita dapatkan. Energi positif seperti ini pantas untuk ditebarkan demi surga yang lebih luas. Berpikir positif selalu berhasil mengusir setan yang kerap dalam aneka wujud, bahkan dalam wujud anak kecil sekalipun.
0 comments:
Posting Komentar