skip to main |
skip to sidebar
Ditengah puncak karirnya sebagai penulis cerita paling sukses, Baek Hee-Soo (Eom Jeong- Hwa) dikejutkan dengan tudingan tidak orisinilnya karya yang dia hasilkan alias plagiat. Tudingan tersebut menghancurkan kehidupan Baek Hee-Soo. Dia menjadi depresi dan hubungannya dengan suaminya menjadi tidak harmonis lagi. Beberapa waktu kemudian, Baek Hee-Soo memutuskan untuk kembali bangkit dengan mengasingkan diri di sebuah daerah kecil untuk menulis sebuah cerita baru lagi. Di daerah tersebut, “ditemani” anaknya, Baek Hee-Soo menyewa sebuah rumahnya. Disitu, dia digiring oleh anaknya pada sebuah kisah misteri yang dia tuangkan dalam kisah terbarunya. Sejak memasuki rumah tersebut, Baek Hee-Soo terperangkap dalam sebuah misteri yang mengejutkan dan mengancam jiwanya. Belum lagi tudingan plagiat yang kembali mampir padanya. Sanggupkah Baek Hee-Soo bertahan ditengah tekanan yang mengejutkan yang menghampirinya?
Bestseller arahan Jeong-ho Lee ini menurut saya terbagi menjadi dua bagian cerita. Pada paruh pertama menyoroti bagaimana usaha Baek Hee-Soo berdamai dengan luka yang menggerogoti dirinya, sedangkan paruh selanjutnya kita akan diajak untuk menyimak aksi Baek Hee-Soo dalam menguak misteri yang melibatkan orang-orang yang baru dia kenal di daerah kecil tempat dia menulis kisah barunya. Masing – masing bagian menyimpan sebuah twist yang bagi pecinta film hantu atau misteri pastinya tidaklah mengejutkan lagi. Namun, tidak bisa dipungkiri, twist paruh pertama cukup membuat sedih dan shock. Pada paruh pertama, Baek Hee-Soo seakan diposisikan sebagai sosok antagonis namun pada paruh kedua dia berada pada posisi yang sebaliknya.
Di jaman dimana makin banyak kepala yang menghuni bumi, keaslian adalah sebuah barang langka. Susah untuk memberi sebuah penghakiman, apakah sesuatu itu benar-benar asli atau tidak. Kebanyakan yang ada merupakan hasil dari modifikasi dari apa yang sebelumnya telah ada. Uniknya, meski mengangkat seputar plagiarisme, dimata saya Lee Jeong-Ho menjalin Bestseller dengan benang-benang ide dari film horror kondang. Menyaksikan Bestseller, saya berulang kali berkomentar “loh…ini kok mirip dengan film ini ya”. Tampaknya Lee Jeong-Ho sangatlah menggemari film horror. Beberapa adegan dalam film ini mengingatkan saya pada film – film horror kondang semacam The Shining, Psycho, The Sixth Sense dan What Lies Beneath. Dari film-film horror kondang tersebut, Lee Jeong-Ho meramu Bestseller dengan sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah tontonan yang, meski bukan sesuatu yang baru, namun cukup pantas disimak.
0 comments:
Posting Komentar