skip to main |
skip to sidebar
Kepercayaan kepada Tuhan (agama) adalah sebuah hak asasi yang idealnya tidak bisa dipaksakan atau digunakan untuk memaksa. Kepercayaan tersebut dalam pandangan saya lebih kepada hubungan manusia kepada Tuhan, meski pada kenyataannya tidaklah demikian. Karena sebagai sebuah hak yang asasi, (idealnya) setiap manusia bebas mempunyai cara dalam berkomunikasi dengan Tuhannya. Celine (Julie Sokolowski) memutuskan untuk tetap perawan dan memasuki sebuah biara agar lebih dekat dengan Tuhan. Demi kedekatan dengan Tuhan yang dia cintai, Celine bukannya menuruti aturan yang telah ditetapkan, justru menggunakan cara – cara yang berbeda, bahkan cenderung radikal. Melihat situasi ini, pengurus biara memutuskan untuk mempersilahkan kepada Celine untuk “mencicipi” dunia luar demi memperkuat religiusitasnya.
Berbekal pola pikir selugu bocah kecil, Celine mulai berkelana di dunia luar yang membawanya bertemu dengan Yassine (Yassine Salim) seorang pemuda Muslim yang hangat. Lewat Yassine, Celine diperkenalkan dengan Nassir (Karl Sarafidis) yang begitu fanatic dengan keyakinan hingga siap melakukan sebuah aksi besar yang mematikan. Persinggungannya dengan dunia luar tersebut, bukannya membuat Celine makin mantap dengan keyakinannya justru makin membuatnya terombang – ambing dalam kebingungan yang menderitakan. Berbagai hal yang terjadi membuat Celine gamang. Dia bingung akan keberadaan Tuhan. Dimana Dia ketika kekerasan makin merajalela?
Pada akhirnya, yang dibutuhkan oleh Celine adalah datangnya juru selamat yang bakal menyelamatkan jiwanya. Adakah?
Hadewijch arahan Bruno Dummont ini dimata saya tidak pantas untuk dilewatkan berkat isu religiusitas yang dihadirkan sebagai menu utama. Film – film tentang kepercayaan jarang saya temukan, dan kayaknya memang jarang diangkat mengingat sensitivitas isu tersebut. Meski terdapat bagian yang cukup mengganggu, penonton sepertinya bakal mudah terikat dengan kegelisahan yang dialami oleh Celine. Kita pastinya pernah, bahkan mungkin sering, mempertanyakan keyakinan (baca : agama). Di tengah dunia yang makin bergejolak, pertanyaan – pertanyaan seputar keyakinan makin menyeruak dalam batin kita. Kalau agama dihadirkan demi keselamatan manusia, mengapa dunia tidak bisa menjadi hunian yang sepi dari konflik antar umat beragama? Mengapa justru keyakinan dijadikan alasan untuk melakukan kekerasan? Berbagai perilaku penganut kepercayaan, kadang membuat kita bertanya, apakah yang kita yakini itu menjadi keyakinan yang terbaik? Kekerasan atas nama iman bukannya memperkuat iman, justru malah melemahkan iman.
Butuh kesabaran yang lebih ketika menyaksikan film ini. Kisahnya mengalir cukup lamban dengan minim letupan konflik. Kehadiran sosok kriminal membuat saya bertanya – tanya akan apa maksudnya, yang ternyata kehadirannya pada akhirnya sangat penting sebagai jawaban akan kegelisahan Celine. Julie Sokolowski dengan wajah sucinya seakan merepresentasikan kebingungan, kegelisahan serta penderitaan anak manusia, Hadewijch menghadirkan salah satu momen yang menggetarkan saya, yakni ketika Celine bersama dengan Yassine dan Nassir melakukan sembahyang bersama – sama menurut keyakinan masing – masing! Adegan ini sangatlah mencerminkan semangat toleransi antar umat beragama. Namun sayangnya hal tersebut tampaknya hanyalah utopia semata karena selanjutnya dimentahkan dengan aksi dari Nassir. Aksi Nassir tersebut bisa jadi membuat kalangan tertentun marah karena dianggap sebagai pencitraan yang keliru akan keyakinan tertentu. Namun, menurut saya, dihadirkannya Yassine oleh Bruno Dumont dimaksudkan sebagai katalis akan generalisasi yang ada.
Lewat rentetan adegan yang dihadirkan, saya merasakan sikap sinis dari Bruno Dumont terhadap agama – agama yang ada. Agama yang ada bukannya mempersatukan justru memecah belah umat manusia. Antara Celine dan Yassin yang saya rasakan ada sebuah pertalian khusus, terpaksa tidak bisa terjalin sempurna karena terhalang oleh keyakinan masing – masing. Sikap sinis Bruno Dumont tersebut makin kentara dengan pemilihan juru selamat bagi Celine yang seorang pendosa di mata masyarakat. Kehadirannya seakan menegaskan kalau yang dibutuhkan oleh dunia yang makin sakit ini bukanlah agama, namun kepedulian sesama. Pandangan ini bisa saja salah, bisa saja benar. Semuanya kembali pada apa yang kita yakini.
0 comments:
Posting Komentar