W IMIE… / IN THE NAME OF


Jangan bermain – main dengan apa yang menjadi pilihan kamu. Sebuah pilihan haruslah didukung dengan komitmen untuk menjalaninya dengan baik. Misalnya ketika memilih untuk menjadi pastur.  Sebagai seorang pastur, Adam (Andrzej Chyra) hendaknya bersedia ditempatkan dimana saja, termasuk ketika dia ditugaskan di sebuah wilayah kecil di Negara Polandia sana. Di tempat tersebut, Adam memfokuskan darma baktinya untuk mengangani para pemuda – pemuda yang bermasalah dengan perilakunya. Adam terlihat lumayan bisa dekat dengan mereka. Di balik itu, tergambar di layar tentang kegelisahan dan kesepian dari sang pastur.
Sebagai seorang pastur, tentunya dia harus hidup selibat. Jadi tidak mengherankan kalau dia dilanda rasa sepi karena tak ada orang yang benar – benar bisa dia ajak dari hati ke hati. Pihak yang sejajar dalam hal ini sesama manusia ya. Pastur juga manusia, jadi jangan heran kalau beliau juga mempunyai gairah seksual. Untungnya, Adam mampu menangkis godaan kemolekan tubuh kaum hawa. Malangnya, Adam ini termasuk susah menahan gejolak akan raga pria. Sebagai pastur, berhubungan badan dengan lain jenis saja dilarang apalagi yang sejenis. Gairah yang tak tersalurkan ini sungguh mengelisahkan Adam. Apalagi dalam tugasnya dia dikelilingi oleh raga – raga pria.
Di luar materinya yang bisa memancing perdebatan sengit, In The Name Of ini dimata saya merupakan sebuah film yang berhasil. Sutradara Malgorzata Szumowska berhasil menularkan kegelisahan dan kesepian yang dialami oleh Adam kepada penonton lewat penangkapan kamera yang lumayan detail akan bahasa tubuh dari Adam. Tentu hal ini tak bisa dilepaskan juga peran dari Andrzej Chyra dalam mempresentasikan karakter yang dia perankan.



Sehabis menonton film ini, saya bertanya kepada 2 teman saya yang beragama Katolik, sebut saja namanya Mawar dan Melati, kalau pastur itu curhatnya sama siapa sih. Ada dua jawaban, yakni ke sesama pastur dan kepada Tuhan. Teman saya juga memberitahukan kalau pastur itu ibaratnya “menikah dengan Tuhan” jadi dibutuhkan komitmen yang kuat. Berpedoman pada jawaban teman saya tersebut, inilah yang tidak nampak pada In The Name Of yakni seputar hubungan Adam dengan Tuhan. Untuk persoalan curhat sesama pastur, film ini memberikan alibi yang lumayan meyakinkan.
Dan ketika dikembalikan dengan konsep “menikah dengan Tuhan” jelas sekali Adam telah melakukan pengkhianatan. Ketika memilih jalan untuk menjadi pastur harusnya dia sadar dengan konsekuensi yang harus dia tanggung. Dalam In The Name Of ini juga kurang sekali gambaran dialog antara Adam dengan Tuhan. Kalau imannya kuat, idealnya sih Adam lari kepada Tuhan, bukan kepada yang lain. Minuman keras misalnya. In The Name Of terlalu sibuk menyoroti kegelisahan seksual dan kurang dalam mengulik seputar keimanan (Adam). Gugatan akan hak yang sama untuk melayani Tuhan entah apa itu orientasi seksualnya yang bisa menjadi sumber konflik yang menarik kurang tergali. Pada akhirnya, semuanya kembali kepada komitmen akan pilihan, begitupun interpretasi terhadap film ini yang kembali kepada pribadi masing – masing.

1 comments:

Madison mengatakan...

Hi! Great site! My name is Maddie. Do you have an email address I can contact you on? Thanks and have a great day!

 

BLOG LIST

BLOG LIST

BLOG LIST