EL SECRETO DE SUS OJOS ( THE SECRET IN THEIR EYES )


Rahasia, pastinya semua orang memilikinya, paling tidak satu. Rahasia, tidak memandang kasta. Tidak hanya mereka yang bersalah dan berdosa, seorang dai sejuta umat sekalipun pasti mempunyai rahasia. Kebenaran selalu mengikuti sebuah rahasia dimana butuh keberanian besar untuk mengungkapkannya. Pada akhirnya, waktu yang kan menjawab. Benjamín Espósito (Ricardo Darín) butuh waktu 25 tahun untuk berani mengungkit dan mengungkap kembali sebuah rahasia yang menghantui dirinya. Peristiwa (kasus) tersebut tidak hanya mempengaruhi hidup Benjamin, namun juga beberapa orang yang terlibat dalam peristiwa tersebut dan mencoba berdamai dengan cara masing-masing, yang menghadirkan kejutan di akhir kisah.


The Secret in Their Eyes yang diarahkan oleh Juan José Campanella ini bermodalkan naskah yang cukup padat dengan mencampur - adukkan unsure roman, persahabatan, humanisme, misteri hingga politik. Dengan pencampuran beberapa unsure tersebut, The Secret in Their Eyes kadang terasa penuh sesak dan pada beberapa bagian terasa membosankan. Maklum, durasinya saja 2 jam lebih. Beberapa twist yang dihadirkan untungnya mampu merayu saya untuk tetap terpaku , bahkan salah satunya berhasil membuat saya malu karena sempat sebal dengan kehadiran salah satu tokoh yang awalnya terkesan tempelan, namun pada akhirnya kehadirannya dikuatkan dengan sebuah pengungkapan yang mengejutkan sekaligus menyedihkan. Kejutan terbesar dari film ini disimpan dengan rapi oleh Juan José Campanella hingga menjelang akhir kisah.


Mengunakan kata “mata” pada judulnya, tak pelak menuntun saya untuk memberikan perhatian lebih pada olah mata masing – masing karakter. Mata memang jendela hati. Dalamnya hati sungguh tak bisa diukur, hingga apa yang terpancar lewat mata kadang masihlah sebuah misteri. Menarik menyimak pancaran mata Ricardo Darín, Soledad Villamil dan Pablo Rago yang memunculkan beragam tafsir akan apa yang mereka rasakan sebenarnya. Sayangnya, dengan perhatian lebih ke mata para pemerannya, saya otomatis juga memperhatikan hasil dari kinerja divisi make – up. Pada beberapa bagian kinerja mereka tampak meyakinkan dalam menampilkan guratan wajah yang dimakan usia, namun tak jarang make- up yang ditampilkan terkesan berlebihan. Terlalu kelihatan sebagai make-up.


The Secret in Their Eyes mengajak kita untuk berani mengungkap kebenaran atas nama keadilan meski pada akhirnya dapat menyeret kita pada sebuah kompleksitas yang membelenggu. Hei, tak ada yang gratis di dunia ini. Segala sesuatu pasti ada konsekuensinya. Tapi percaya deh, kebenaran itu membebaskan. Kita bisa melangkahkan kaki dengan lebih ringan kalau bisa lebih jujur, terutama jujur terhadap diri sendiri. Jujur terhadap apa yang kita rasakan. Tidak mudah memang memperjuangkan kebenaran, karena kadang harus berhadapan dengan otoritas yang mempunyai kekuatan mengontrol kebenaran. Pada akhirnya, waktulah yang akan menjawab. Pada saatnya nanti akan terungkap kebenaran pengakuan Aida Zaskia atas perlakuan tak senonoh yang didapatkannya dari Zainuddin MZ. Lho?!
Pastinya, adalah sebuah kebenaran dan bukan rahasia kalau The Secret in Their Eyes dibungkus dengan sajian visual yang memikat. Paling suka dengan adegan di stadiun sepak bola. Adegan yang melibatkan ratusan figuran tersebut kabarnya butuh persiapan selama 3 bulan, tiga hari syuting dan 9 bulan untuk pemolesan.

2 comments:

Halomoan Sirait mengatakan...

Pengeeeeeeeeennnn kasetnyaaaaaaaaaaa.... aduuh makin mantap neh film dengan reviewnya

curhatsinema mengatakan...

@moan : dapet donlotannya hehehe...makasih sudah mampir :)

 

BLOG LIST

BLOG LIST

BLOG LIST