ROPE


Satu hal yang saya sukai dari Alfred Hitchcock adalah karya – karyanya senantiasa mengulik sisi kelam manusia. Dia juga piawai mengeksplorasi sebuah tempat menjadi teror yang menghibur dan bikin ketagihan. Lewat Rope kita disuguhi sebuah studi karakter manusia yang menarik meski dalam lingkup yang amat sangat terbatas. Brandon Shaw (John Dall) dan Phillip Morgan (Farley Granger) membunuh teman mereka, David Kentley (Dick Hogan) dengan motif yang sungguh sulit dipercaya. Kejahatan mereka semestinya tidak bakal terungkap kalau saja Brandon mampu menekan egonya. Rasanya, menggelar jamuan makan malam paska melakukan aksi kriminal bukanlah ide yang pantas ditiru, apalagi menggelarnya di tempat kejadian perkara. Ketika Brandon berniat menghasilkan sebuah pembunuhan yang sempurna, manuver yang dia pilih justru bisa menjadi bumerang yang siap memukulnya balik.


Yang menarik dari Rope adalah ketika menyaksikannya kita seolah – olah sedang menyaksikan sebuah drama panggung, mengingat sepanjang durasi kita disuguhi adegan pada satu tempat dan orang – orang yang berada di tempat tersebut blockingnya sangatlah tertata. Rope sendiri memang diangkat dari naskah drama, dan adaptasi kisahnya ke layar lebar menjadi sebuah karya eksperimental yang mengesankan saya karena dihasilkan di tahun 1940-an. Saya sempat dibuat terkecoh ketika menyaksikan film ini, karena sempat berpikir apa yang tersaji di layar sepanjang 80 menit diambil dalam satu kali take saja mengingat perpindahan adegannya cukup halus. Namun ternyata prosesnya tidaklah demikian. Kreativitas para pembuatnya sungguh patut diacungi jempol. Kreatornya yang pintar atau penontonnya (saya) yang bodoh ya hehehehe...


Meski kisah digelar dalam satu setting, Rope cukup asyik dinikmati. Awalnya kita diajak untuk mencermati bagaimana Brandon dan Phillip yang sangat bertolak belakang karakternya menyikapi aksi mereka. Karakter Brandon yang cenderung kelebihan rasa percaya diri dipertemukan dengan karakter Phillip yang diliputi banyak keresahan dan pertimbangan. Benturan dua karakter tersebut sangatlah menarik karena seakan menunjukkan pada kita bagaimana manusia seringkali mempunyai kecenderungan merasa superior akan manusia yang lain. Konflik makin tajam ketika Brandon dengan usilnya memancing konfrontasi dengan beberapa peserta jamuan makan malam. Masuknya Rupert Cadell (James Stewart) dengan insting yang kuat membuat tensi ketegangan makin kuat meski sensitifitas Rupert terhadap ketidak beresan yang ada bagi saya cukup mengganggu.


Seperti yang telah disinggung diatas kalau Hitchcock kerap mengulik sisi kelam manusia, Rope dimata saya mencoba menyentil kepongahan yang dilandasi perasaan lebih akan manusia yang lain. Dalam film Rope, Hitchcock menyoroti kesombongan intelektual yang menghinggapi sebagian orang. Kesombongan intelektual ini sungguhlah menyedihkan, karena kepandaian yang dimiliki bukannya dipergunakan untuk kebaikan justru digunakan untuk melemahkan, mengintimidasi bahkan mematikan mereka yang dianggap sebagai ancaman. Namun, tanpa disadari, kesombongan orang – orang pintar itu justru malah menjatuhkannya dalam lubang kebodohan. Pembunuhan yang seharusnya sempurna, bisa dengan mudah terungkap.


Membahas Rope, tidak seru kalau tidak menyinggung seputar homoseksualitas yang dihembuskan dalam film ini terutama lewat hubungan antara Brandon yang flamboyan dengan Phillip yang dramatis. Tidak secara gamblang memang, namun dari bahasa tubuh keduanya kok mereka memang ada ”sesuatu”. Pada kenyataannya, John Dall adalah seorang gay dan Farley Granger memilih menjadi bisexual. Bukan sebuah masalah sih, tapi seperti halnya dalam Some Like It Hot, hal tersebut merupakan sesuatu yang belum bisa terekspresikan dengan bebas pada waktu itu. Beberapa ketidakbiasaan yang hadir dalam Rope inilah yang membuat film ini menjadi sayang untuk dilewatkan.

0 comments:

 

BLOG LIST

BLOG LIST

BLOG LIST