Di sebuah stasiun kereta api, Eurydice dan Orphee terlibat cinta kilat. Cinta pada pandangan pertama. Gairah yang menggelora membuat keduanya rela meninggalkan orang – orang terdekat mereka. Bukan sebuah awalan yang menjanjikan mengingat Eurydice telah mempunyai pecinta yang kemudian memutuskan menabrakkan dirinya ke kereta api ketika mengetahui Eurydice telah berpaling hati. Gairah yang menggelora diantara dua insan yang sedang dimabuk pesona tersebut pada selanjutnya menggiring pada kegelisahan karena sedikit demi sedikit mulai terkuak selubung misteri akan siapa dan bagaimana sebenarnya Eurydice.Kisah yang tampaknya sederhana tersebut semakin rumit ketika maut menghampiri salah satu di antara dua insan tersebut. Semakin banyak pihak yang terlibat dalam pusaran gairah mereka.
You Ain’t Seen Nothing Yet bukanlah sebuah kisah cinta biasa. Ada banyak lapisan di dalamnya yang membuat kita harus fokus pada dialog – dialog yang meluncur dari para tokoh – tokohnya. Ada banyak isu yang diusung oleh film yang diangkat dari naskah drama kreasi Jean Anouilh ini. Akan datang tsunami kata kalau ingin mengurai film ini secara detail dalam sebuah tulisan. Masalah lain lagi, dalam film ini, satu karakter bisa dimainkan oleh lebih dari satu pemeran. Hal ini membuat film arahan Alain Resnais ini makin kompleks dan penuh warna. Padahal, sepanjang durasi kita hanya disuguhi variasi setting yang minim. Film ini mencoba mengawinkan pertunjukan teater dengan film. Hasilnya? Dengan penyajian yang dipilihnya, You Ain’t Seen Nothing Yet menjelma menjadi sebuah tontonan yang unik. Sebuah eksplorasi yang mengesankan. Pokoknya, you ain’t seen nothing yet kalau belum nonton film ini
0 comments:
Posting Komentar