CHATTERBOX


Tahun lalu kita mendapati berita tentang berhasilnya seorang perempuan kelahiran Indonesia dan lulusan IKJ yang berhasil menembus Hollywood. Jane Lawalata nama perempuan tersebut. Chatterbox yang dia buat di USA dinilai oleh beberapa media lokal sebagai prestasi karena berhasil menembus Hollywood hingga terasa membanggakan. Film yang kurang terdengar gaungnya di Holly tersebut ternyata dirilis di Indonesia dalam format home video. Chatterbox bermodalkan kisah sederhana dan bisa kita temui di film remaja produk Holly. Seorang remaja cewek yang sebenarnya punya penampilan memikat dan berpotensi digambarkan sebagai sosok yang biasa saja, tertindas dan tak terlihat. Hingga datanglah satu kesempatan yang akan menjadikan cewek tersebut layaknya ulat yang bertransformasi menjadi kupu-kupu terindah yang menarik perhatian semua pihak.
Dengan jalinan kisah yang cenderung klise dan disajikan dengan amat sangat bersahaja, Chatterbox sebenarnya merupakan tontonan yang biasa saja. Namun kalau kita komparasikan dengan film remaja Holly kebanyakan, Chatterbox memiliki semacam jiwa yang berbeda. Kesan ini hadir berkat kesantunan cerita yang ditawarkan Jane Lawalata. Tidak ada karakter yang benar-benar ekstrem dan saya tidak ingat ada adegan ciuman yang jamak hadir di film remaja kebanyakan. Kesantunan Jane Lawalata ini mungkin ada kaitannya dengan latar belakang budaya dia yakni Indonesia. Saya tidak bilang Indonesia lebih santun dibandingkan USA lho. Konklusi ini saya sandarkan pada pandangan banyak orang (yang belum tentu benar). Toh pada kenyataannya, control social di Indonesia lebih ketat dibandingkan di USA.


Kesantunan Chatterbox bisa menjadi pembeda terhadap film remaja Holly kebanyakan sekaligus menjadikan Chatterbox mempunyai nilai positif karena sangat aman dikonsumsi oleh para penonton muda. Lebih aman dibandingkan High School Musical misalnya atau beberapa film remaja buatan lokal yang banyak mengumbar tubuh muda belia. Namun kesantunan ini membuat Chatterbox menjelma menjadi tontonan yang jauh dari menarik, apalagi di tengah gempuran film remaja Holly yang dikemas dengan tampilan visual yang lebih menarik dan dinamis meski dengan konten yang dianggap tidak mendidik. Kabarnya Jane Lawalata tengah menyiapkan sekuel Chatterbox. Semoga saja hasilnya bisa jauh lebih menarik. Kesantunan Jane Lawalata di negeri yang dinilai memberikan kebebasan penuh dalam berekspresi harusnya membuat malu sineas Indonesia yang justru sibuk menghasilkan tontonan yang tidak tahu sopan santun 2,5/5

0 comments:

 

BLOG LIST

BLOG LIST

BLOG LIST