MY CINEMA PARADISO 2


Setelah jeda yang sangat lama akhirnya bagian ke dua ini berhasil saya tuturkan. Seperti yang telah disinggung di curhatan SEBELUMNYA , masa SMP dan SMA diwarnai dengan kebohongan demi kebohongan. Hal tersebut dimaksudkan untuk menuntaskan dahaga saya akan film. Sebuah hobi yang ditentang keras oleh kedua orang tua saya. Sebelumnya, perlu saya tuturkan sedikit deskripsi tentang lokasi tempat saya tinggal. Saya tinggal di sebuah Kecamatan yang berjarak 20 km dari pusat kabupaten dimana bioskop berada. Tempat tinggal saya terletak di sebelah selatan ibu kota kabupaten. Selepas SD, saya masuk ke sebuah SMP di ibu kota Kabupaten. Saya yang sebelumnya anak kampung, mulai berani naik angkot sendirian, sehingga memuluskan aksi – aksi saya dalam menonton film.

Saya ingat, dulu sangat ngebet nonton film The Bodyguard – nya Kevin Costner dan Whitney Houston gara – gara soundtracknya sering di putar di TVRI. Selain itu, dari koran saya baca akan laris manisnya film tersebut di Holly sana. Alhasil, ketika The Bodyguard tayang di kabupaten saya, sebisa mungkin saya menonton film tersebut. Caranya adalah dengan beralasan menginap di rumah nenek yang letaknya sekitar 6 km ke arah selatan dari rumah saya. Itupun masih ditambah dengan berjalan kaki sekitar 1 km setelah naik angkot. Ketika sampai di rumah nenek, saya pamit untuk bermain ke rumah teman, padahal yang sebenarnya adalah saya pergi ke ibu kota kabupaten untuk menonton film. Jadi, saya sendirian naik angkot seperti anak hilang. Cuma pakai celana pendek, kaos oblong dan sandal jepit. Di daerah saya tinggal, kalau pergi ke ibu kota kabupaten, orang – orang biasanya memakai pakaian terbaik mereka. Kalau dihitung – hitung, total pulang pergi saya menempuh jarak sekitar 54 km demi The Bodyguard yang untungnya saya sukai dan adegan penutupnya membuat saya panas dingin. “Ya allah….itu cokot-cokotan (gigit-gigitan/ciuman) lama banget!!!”, itu yang ada di benak saya waktu itu. Maklum, masih SMP, jadi ya belum mengenal hal – hal seperti itu. Sialnya, ketika sedang cari angkot buat pulang, ada tetangga yang memergokiku. Untungnya, tetangga tersebut tidak lapor pada orang tuaku. Amaaaaaan….

Selain The Bodyguard, menonton film Speed juga merupakan pengalaman nonton yang mengesankan. Saya waktu itu dibuat takjub dengan panjangnya antrian demi film tersebut. Takjub, karena ternyata di wilayah kecil ini antusiasme sangat tinggi. Kaum mampu biasanya lebih memilih menonton film ke Solo. Waktu Speed tayang, kita sampai saling desak dan saling dorong supaya mendapatkan posisi kursi yang representative. Di tiket memang ada sih kolom nomor kursi, namun kebiasan penonton di daerah saya tidak mengindahkan hal tersebut. Ngomong – ngomong soal Solo, kebetulan saya mempunyai sepupu yang tinggal di kota tersebut. Pada satu kesempatan, sepupu saya tersebut mengajak saya untuk menonton film Jumanji. Itulah pengalaman pertama kali mencicipi bioskop di Solo yang tentu saja kualitas gambar dan suaranya jauh lebih bagus daripada kualitas di bioskop kelas kabupaten. Malu rasanya mengingat polah tingkah saya waktu nonton Jumanji. Heboh dan norak sampai – sampai penonton yang duduk di belakang saya memberi peringatan berkali-kali. Maklum, anak gunung.

Selain menginap di rumah nenek, ada beberapa aksi lain yang saya lakukan demi menonton film. Aksi tersebut biasanya dilakukan di hari Minggu atau hari libur. Ketika orang di rumah sudah pada tidur siang, saya yang masih berpenampilan layaknya anak hilang, menyelinap berjalan sekian puluh meter untuk menyetop angkot. Kebetulan rumah saya tepat di pinggir jalan raya, dan kalau stop angkotnya di depan rumah langsung kan pasti ketahuan dan dilarang. Ketika pulang, saya turunnya juga tidak tepat di depan rumah, tapi sebelum atau sesudah depan rumah. Dan kalau ditanya dari mana, saya jawab saja dari main rumah teman atau dari sungai/sawah. Saya juga sering mengaku mengikuti kegiatan ekstra kurikuler kalau ditanya mengapa pulang sekolahnya terlalu sore. Dalam hati, ekstra kurikuler menonton film hehehehe…. Kebohongan – kebohongan tersebut selalu berhasil membuat jantung saya berdegup dengan kencang. Eh tapi, meski berbohong soal kegiatan nonton, saya pakai uang saya sendiri hasil mengumpulkan uang saku selama seminggu lho. Kebetulan saya tidak begitu suka jajan. Lebih baik kelaparan daripada pas film inceran tayang tidak bisa menontonnya. Harga tiketnya kalau tidak salah tidak sampai Rp. 1.000,00 dan biaya angkotnya Rp. 400,00 PP.
Untuk sementara itu dulu ya. Insya Allah, akan disambung lagi. Dan kali ini tidak pakai lama. Di edisi berikutnya bakal ada kisah saya disuruh keluar dari bioskop.


1 comments:

Anonim mengatakan...

hwadoh... nggak sabar nunggu cerita sambungannya. asyik banget pengalaman mas suby demi nonton film, benar-benar mendebarkan :P

 

BLOG LIST

BLOG LIST

BLOG LIST