MY CINEMA PARADISO 3

Di tempat saya dulu ada 3 bisokop yakni Kartini, Giri Cahaya dan Widya. Kartini Theatre biasanya untuk kalangan atas dengan fasilitas AC. Bioskop tersebut sayang sudah tutup waktu saya SMP atau SMA. Kini, gedung Kartini Theatre dipakai oleh salah satu bank ternama. Saya seringnya nonton di Giri Cahaya Theatre yang memakai kipas angin dengan tempat duduk berkualitas tempat duduk yang cukup mampu membuat pantat terasa kebas. Banyak kenangan di tempat ini yang sayangnya telah berubah fungsi menjadi gedung serba guna, terutama untuk tempat resepsi pernikahan. Di Giri Cahaya inilah saya pernah mengajak adik perempuan saya menonton film Casper dan Jumanji (lagi). Karena mengajak adik yang waktu itu masih SD, tentu saja saya sudah dan harus mengantongi ijin resmi dari orang tua.

Di Giri Cahaya saya juga mempunyai kenangan menonton dengan kakak lelaki saya. Ceritanya waktu itu pas malam Minggu kita bingung mau ngapain. Setelah saling bisik, kita memutuskan ke ibu kota kabupaten dengan naik motor. Aksi tersebut tidak boleh diketahui oleh kedua orang tua karena sudah pasti akan mendapat larangan. Wajar sih, karena kita harus melintasi hutan serta jalanan yang naik turun dan berkelok – kelok sepanjang 20 Km. Belum lagi, kegelapan yang harus kita tembus, mengingat penerangan belumlah sebenderang sekarang. Awalnya tidak ada niat nonton, namun ketika sampai di ibu kota kabupaten kita bingung mau ngapain, akhirnya saya mengajak kakak saya untuk menonton film. Sesampainya di Giri Cahaya film yang sedang tayang adalah filmnya Inneke Koesherawati (lupa yang mana) dan God Of Gamblers 2 nya Chow Yun Fat. Nonton filmnya Inneke bareng kakak kok rasanya bakalan aneh ya, jadi kita memutuskan untuk menonton God of Gamblers 2 saja.

Keluar dari bioskop, waktu telah menunjukkan lewat jam sebelas malam. Mampus!!! Orang tua saya pada saat itu kan ketat banget (yang untungnya kendorrrr waktu anak-anaknya sudah lulus SMA). Kita hanya boleh keluar malam di malam Minggu, itupun harus pamit jelas perginya kemana. Sedangkan kita kan tidak pamit kalau naik motor ke ibu kota kabupaten. Ditengah dingin dan gelapnya malam, motor harus dipacu lebih kencang agar segera sampai di rumah. Perasaan tegang akan kemarahan orang tua makin menjadi – jadi ketika ingat cerita orang – orang akan bahayanya jalur yang kita lalui. Dari cegatan ular besar sampai para perompak! Untunglah, kita sampai di rumah dengan selamat dan orang tua tidak murka – murka amat. Entah karena ngantuk atau sudah sedikit sadar anak – anak cowok mereka sudah tumbuh lebih besar. Menuliskan kisah ini tidak hanya mampu membuat senyum tersungging namun juga membangkitkan rasa sedih karena baru 5 bulan yang lalu sang kakak yang usianya dua tahun lebih tua dari saya meninggal dunia karena kecelakaan. Pengalaman diatas menjadi yang pertama dan satu – satunya pengalaman nonton bersama kakak.

Selain Kartini dan Giri Cahaya, ada lagi Widya Theatre yang dengan harga tiket Rp. 300,00 bisa dibayangkan sendiri kondisinya seperti apa. Baunya maaaaak….gak nguatin. Ada bau apek, pesing dan lain sebagainya. Ada satu pengalaman tidak mengenakkan waktu nonton film di Widya Theatre ini. Niatnya waktu itu mau nonton Highlander II pas matinee show jam 11.00. Berhasil melipir – melipir tegang dari rumah, sesampai di lokasi langsung beli tiket dan duduk manis di dalam bisokop. Ditunggu beberapa menit kok film tidak segera diputar ya. Celingak – celinguk, hanya ada satu penonton lain selain saya. Setelah menunggu beberapa saat, saya dihampiri pegawai bioskop yang memberitahukan kalau film tidak bisa diputar karena jumlah penonton tidak memenuhi kuota. Capek deh. Kalau menunggu show selanjutnya amatlah tidak mungkin, karena orang rumah pasti curiga karena saya “menghilangnya” akan terlalu lama. Dan sayapun memutuskan untuk kembali pulang. Gedung Widya Theatre sekarang dialih fungsikan sebagai ruko. Salah satu penyewanya sekarang adalah mertua saya yang berjualan bakso. Kalau pas nongkrong di situ, selalu tersenyum – senyum sendiri mengingat pengalaman masa lampau.

Selanjutnya, akan ada kisah saya dan film esek – esek.


MY CINEMA PARADISO 1
MY CINEMA PARADISO 2

1 comments:

bee in da club mengatakan...

Wahh..tulisannya seru mas...Sebagai orang yang lahir di kota kecil (Klaten) seperti saya, pengalaman nonton di bioskop kecil yang standarnya ajrut2an memang jadi kenangan seru... :)

 

BLOG LIST

BLOG LIST

BLOG LIST