GARUDA DI DADAKU 2

Di tahun 2009 yang lalu, 1 juta lebih pasang mata dibuat terkesan dengan perjuangan Bayu (Emir Mahira) dalam meujudkan mimpinya untuk masuk tim sepak bola nasional. Seperti yang telah diketahui bersama, dalam Garuda di Dadaku, Bayu berhasil mewujudkan mimpinya. Akhir kisah Garuda Di Dadaku, membuka peluang pengembangan kisah, seperti bagaimana kiprah Bayu di timnas nantinya? Akankah dia tetap lihai mengolah bola? Konflik apalagi yang bakal menghampiri Bayu?
Berdasarkan pertanyaan – pertanyaan diatas, dihasilkanlah Garuda Di Dadaku 2. Perilisan film ini sedikit membangkitkan rasa khawatir mengingat sekuel seringkali berkualitaskan di bawah seri pertamanya. Nyatanya, Garuda Di Dadaku 2, hadir dengan kemasan yang lebih kompleks dan lebih megah. Rudi Soedjarwo yang menggantikan posisi Ifa Isfansyah berhasil menghadirkan sebuah tontonan yang menghibur, menginspirasi dan menyentuh hati. Garuda Di Dadaku 2 bermodalkan kisah multi konflik, namun tetap bisa dinikmati oleh para penonton belia. Saya bukannya tanpa bukti ketika menuliskan hal tersebut. Keponakan saya yang baru kelas 1 SD, begitu terbawa dengan kisah yang dihadirkan hingga matanya berkaca – kaca.

Garuda Di Dadaku 2 mengisahkan Bayu yang telah berhasil menembus tim nasional, bahkan mendapatkan peran penting didalamnya yakni sebagai kapten. Peran penting, tentu saja membawa konsekuensi lebih bagi Bayu. Hal inilah yang membuat Garuda Di Dadaku 2 menarik buat disimak. Dengan posisi dan umurnya yang sekarang, permasalahan dari berbagai penjuru menghampiri Bayu yang membuat hidupnya terasa sulit dan menuntutnya untuk mengambil sikap dan tindakan yang pada perkembangannya merupakan proses pendewasaan diri Bayu. Jalinan kisah di Garuda Di Dadaku 2 menunjukkan, setiap masa itu mempunyai permasalahannya sendiri yang tentu saja terasa berat bagi yang menjalaninya.

Di usianya yang sekarang, Bayu harus berbagi perhatian antara apa yang terjadi dan dia alami di sekolah, di rumah, di lapangan dan hubungan pertemanan. Di rumah, Bayu mendapati ibunya (Maudy Kusnaedi) dekat dengan pria baru yang tampaknya siap menggantikan posisinya almarhum ayahnya. Selain itu, ada janji yang belum terbayarkan pada kakeknya yang telah berpulang. Di sekolah, Bayu dituntut untuk bisa mengikuti pelajaran yang diberikan, yang menggiringnya pada interaksi dengan lawan jenisnya. Kehadiran Yusuf, menguji pertemanannya dengan Heri (Aldo Tansani) sekaligus menguji kedewasaannya di lapangan.
Dengan balutan konflik di atas, Garuda Di Dadaku 2 berpotensi menjadi sebuah tontonan yang terlalu berat buat penonton belia, apalagi dengan dimasukkannya sentilan seputar kisruh dalam organisasi sepak bola. Namun, Rudi Soedjarwo bekerja sama dengan Salman Aristo, mengakali hal tersebut dengan menghadirkan cukup banyak pertandingan sepak bola yang dikemas dengan menarik lewat proses editing nan apik serta balutan music yang membahana. Garuda Di Dadaku 2 meski mengingatkan saya pada film Goal! 2 : Living The Dream, merupakan sebuah sajian komplet dan sayang untuk dilewatkan.

Garuda Di Dadaku 2 menghadirkan talenta – talenta baru yang siap bersinar asal diberi kesempatan. Emir Mahira sekali lagi menunjukkan bakat alaminya di dunia acting. Emir cukup piawai dalam mengolah ekspresi wajah. Aldo Tansani, yang merupakan favorit saya di seri pertamanya, dengan porsi terbatas tetap bisa menunjukkan acting yang natural. Monica Sayangbati dengan wajah tegasnya menghadirkan pesona tersendiri, begitupun dengan Muhammad Ali yang tampaknya bakalan menjadi idola para cewek. Rio Dewanto? Hmmm… pintar sekali produser memilih nama yang satu ini. Selain aktingnya yang tidak jelek, penampilan setengah telanjangnya yang menurut saya agak dipaksakan, pastinya cukup efektif menarik minat mereka – mereka yang penikmat raga ok untuk menonton film ini. Semoga Garuda Di Dadaku 2 bisa sukses di pasaran dan dilanjutkan dengan Garuda Di Dadaku 3 ya. Amin.



MY CINEMA PARADISO : SPECIAL EDITION
Di tahun 2009 lalu, saya menonton Garuda Di Dadaku dalam momen yang istimewa, yakni dalam rangka merayakan kehadiran saya di dunia ini untuk yang ketiga decade (jangan dihitung!). Garuda Di Dadaku 2 ini, juga saya tonton dalam momen yang tak kalah istimewanya. Garuda Di Dadaku 2 adalah film pertama yang saya tonton di bioskop setelah sekitar 1,5 tahun absen dari dunia perbioskopan. Garuda Di Dadaku 2 merupakan film pertama yang saya tonton di bioskop bersama istri saya dan calon anak saya.
Motif utama menonton Garuda Di Dadaku 2 yang sebenarnya adalah memperkenalkan bioskop kepada dua ponakan lelaki saya. Yang satu kelas 6 SD, satunya lagi kelas 1 SD. Menonton Garuda Di Dadaku 2 merupakan pengalaman pertama mereka menonton film di bioskop sehingga selain asyik menatap layar, saya juga beberapa kali memperhatikan polah tingkah ponakan-ponakan saya tersebut. Takut kalau mereka merasa tidak nyaman dalam kegelapan atau justru melakukan aksi-aksi yang berpotensi membuat malu. Untungnya mereka tidak takut gelap. Saya justru terkesan dengan bagaimana keduanya begitu menikmati suasana bioskop dan senyum – senyum melihat keduanya seringkali menengok ke ruang proyektor dengan tatapan heran.
Pengalaman nonton Garuda Di Dadaku 2 makin mengesankan ketika terjadi sebuah peristiwa yang harusnya membuat saya sebal, namun justru menggelikan saya. Ketika asyik menikmati jalinan kisah di layar, tiba – tiba film terhenti. Sampai 3 menit kemudian, film masih belum dilanjutkan dan lampu tetap dipadamkan. Buat ponakan – ponakan saya, hal tersebut tentu saja menimbulkan kebosanan hingga mereka pun melakukan sebuah aksi. Daaaaaan….aksi tersebut adalah : ngikik ala Kuntilanak!!! Karena saya beserta istri duduk di kursi deretan belakang mereka, yang bisa kita lakukan hanyalah memperingatkan mereka dengan perasaan was – was dan malu. Was – was, karena takutnya aksi mereka menakuti penonton cilik yang lain. Kan cukup banyak tuh. Malu, kalau ada penonton dewasa yang terganggu. Tak disangka, aksi ngikik dua ponakan tersebut ternyata diikuti oleh anak-anak yang lain. Alhasil, bukannya sebal terhadap pihak pengelola bioskop, insiden film yang terputus (hingga hampir 10 menit) justru menghadirkan momen yang menggelikan.

3 comments:

automation mengatakan...

wah pengen buru buru nonton garuda di dadaku 2 nih, tapi belum ada uang :'(

hardness tester mengatakan...

garuda di dadaku 1 aja bagus yang 2 pasti lebih bagus deh hehehe

timbangan digital mengatakan...

betul banget deh memang filmnya pasti bagus hehehe

 

BLOG LIST

BLOG LIST

BLOG LIST