skip to main |
skip to sidebar
127 Hours arahan Danny Boyle pasca kesuksesan Slumdog Millionaire ini sebenarnya mempunyai jalinan kisah yang super sederhana. Intinya, 127 Hours mengisahkan perjuangan Aron Ralston (James Franco) selama sekitar 5 hari untuk terbebas dari insiden yang mengancam jiwanya. Tapi, tidak mungkin kan seorang Danny Boyle membuat film yang sesederhana itu? Lalu apa sih yang sebenarnya ingin disampaikan 127 Hours ini? Bagi saya, 127 Hours ini berbicara tentang momentum, yakni satu masa yang kita lalui, lewati dan jalani yang kita hargai lebih. Soal momentum ini sudah terlihat dengan jelas lewat judulnya, 127 HOURS. Momentum selalu identik dengan waktu. Sebuah momentum itu sudah pasti berharga, karena lewat momen yang telah kita lalui, lewati dan jalani kita jadikan pijakan untuk melangkah, entah kearah yang lebih baik atau kearah yang lebih buruk, mengingat sebuah momentum itu tidak selalu berkaitan dengan sesuatu yang menyenangkan.
Karena momentum berhubungan dengan waktu, maka sudah pasti memiliki kaitan erat dengan yang namanya memori. Momentum biasanya berisikan sebuah peristiwa yang tertancap dalam ingatan dan berhasil menggugah sebuah emosi yang kuat. Sebuah momentum itu kadang kedatangannya kita sadari namun kadang tidak kita sadari. Beruntunglah kita hidup di masa dimana kamera bukanlah sebuah barang mewah. Di masa dimana sarana penyimpan dan pengingat memori makin mudah dimiliki, orang-orang makin disibukkan dengan aktivitas merekam segala aktivitas mereka hingga mereka mudah memutar kembali rekaman tersebut baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain (baca : pamer!). Lihat saja yang dilakukan oleh Aron Ralston yang sibuk merekam setiap aktivitas petualangan yang dia jalani hingga terkesan banci kamera dan aksi rekam setelah dia jatuh dari sepeda di mata saya terasa menggelikan. Pentingnya menyimpan sebuah momen terlihat ketika Aron Ralston dan dua gadis, Megan McBride (Amber Tamblyn) dan Kristi Moore (Kate Mara), mengulang aksi yang cukup berbahaya agar bisa direkam. Adegan tersebut rasanya juga jamak terjadi pada kita. Coba deh kalau sedang berkumpul bersama teman-teman atau mengunjungi sebuah tempat baru, pasti tercetus komentar ”Foto!Foto!”
Karena 127 Hours menyoroti momentum yang dialami oleh Aron Ralston, sepanjang durasi kita disuguhi rangkaian gambar yang menyajikan momen – momen menarik dari Aron Ralston. Agar momen – momen tersebut bisa dirasakan dengan baik oleh penonton, Danny Boyle membalut 127 Hours dengan gambar – gambar yang menarik dan sangat detail. Lewat gambar – gambar tersebut, kita bisa ikut merasakan apa yang Aron Ralston rasakan. Gambar – gambar tersebut seakan mengajak kita untuk menghargai setiap momen. Aktivitas minum yang kita anggap sebagai aktivitas biasa nyatanya merupakan sebuah momen luar biasa yang pantas kita hargai dan kita syukuri.
Dengan cerita yang sangat sederhana, 127 Hours sangatlah bertopang pada kemampuan kreatornya dalam menghadirkan gambar – gambr yang tidak sekedar memikat, namun juga kuat. Untunglah, hal ini bisa dipersembahkan dengan apik oleh Danny Boyle dan rekan – rekan. Beruntung, film – film sejenis 127 Hours ini jarang kita lihat hingga panorama yang tersaji di layar terasa menyegarkan mata. Gempuran visual ini sayangnya sedikit membuat bosan ketika di pertengahan. Kebosanan ini bisa jadi disebabkan kita sudah tahu akan nasib Aron Ralston. Inilah resiko cerita yang berdasarkan kisah nyata orang yang masih hidup. Untungnya, Danny Boyle mampu membuat kita mengacuhkan rasa bosan dengan kemampuannya mengarahkan James Franco dengan maksimal. 127 Hours merupakan sebuah momentum bagi James Franco, karena dalam film ini dia dituntut untuk piawai mengolah beraneka macam emosi yang kuat dan tidak membuat penonton bosan. Dengan penampilannya yang mendominasi durasi, James Franco mampu menjalankan tugasnya dengan bagus sekali. Dia tidak hanya bermodalkan potensi fisik semata, namun dia juga piawai dalam mengolah wajah hingga emosi yang menyelimutinya bisa ikut dirasakan oleh penonton. Dan lewat 127 Hours ini, kembali James Franco menunjukkan potensinya yang luar biasa, karena pada beberapa bagian dia berhasil menampilkan sisi komedi dari dirinya.
Satu hal yang sangat saya sukai dari 127 Hours adalah semangat positif yang diusungnya. Film ini menawarkan sebuah optimisme yang membangun. Optimisme tersebut tercermin lewat keberanian, ketenangan dan kecerdasan Aron Ralston melewati momen berbahaya yang dia alami. Tidak jeranya Aron Ralston melakukan aktivitas berpetualangnya dengan berpijak pada salah satu momen di masa lampau sangatlah inspiratif. Aron Ralston tidak berhenti mencari momen – momen berharga, namun belajar dari pengalaman, kali ini dia mau berbagi dengan orang lain. Masa muda dan lajang seringkali kita lalui dengan hasrat yang mengebu – gebu untuk mengisinya dengan momen – momen luar biasa yang kalau bisa membuat kita terlihat beda dan unggul dibandingkan dengan yang lain. Ambisi ini kadang membuat kita lupa untuk sedikit berbagi akan momen yang kita jalani. Bukankah menikmati momen bersma dengan orang lain itu terasa lebih berharga ketimbang menikmatinya sendiri? Ada teman berbagi gitu. Berbagi momen itu mempunyai banyak wujud, salah satunya PAMIT. Berbicara soal momentum, menonton 127 Hours adalah sebuah pengalaman selama 90-an menit yang cukup berharga.
1 comments:
setuju bgt deq bang. trus lagi mengingat si figur Aron Ralston ini benar2 ada,dan film ini satu biografinya juga.wah wah,..semangat hidup yang luar biasa.
Posting Komentar