THIS IS 40



Saya selalu dibuat geleng - geleng kepala ketika melihat para muda yang saling pacaran dengan lagak seolah - olah dunia milik berdua, apalagi sampai melakukan hubungan badan tanpa mempertimbangkan dampaknya di kemudian hari. Gak bisa melarang, dan gak boleh melarang, hanya bisa geleng - geleng kepala. Makin geleng - geleng kepala ketika  mendapat kabar ada yang muda belia memutuskan untuk mengakhiri masa lajang. Sebenarnya, apa sih yang ada di benak mereka soal pernikahan? Romansa bersama pasangan sepanjang hayat? Please deh, pernikahan itu membawa tanggung jawab besar yang patut dipikirkan dan direncanakan dengan sangat matang sebelum terjun di dalamnya. Komitmen bukanlah permainan, bukan khayalan tapi realita yang harus ditanggung bersama pasangan. Ini menurut saya yang belum terbukti sukses membina rumah tangga loh *ngaca*




Dan itu tidaklah mudah. Selalu saja ada hal yang menghampiri menguji komitmen kita. Contohnya bisa macam - macam. Lewat This is 40 garapan Judd Apatow kita disuguhi salah satu ujian yang tentunya banyak dialami oleh banyak pasangan di dunia ini. Memasuki usia 40 tahun pasangan Debbie (Leslie Mann) dan Pete (Paul Rudd) menghadapi ujian besar dalam kehidupan rumah tangga mereka. Ujian yang seharusnya bisa dilalui dengan mudah apabila keduanya seiring sejalan. namun, yang namanya pernikahan, menyatukan dua pikiran itu bukanlah sesuatu yang mudah. Meski menjadi satu, keduanya tetaplah individu dengan karakter dan sejarah kehidupan masing - masing yang berpengaruh dalam bagaimana cara mereka memilih penyelesaian sebuah masalah. Perbedaan ini kalau disikapi secara emosional bisa menghancurkan segalanya. Kedewasaan emosi sangatlah penting dalam penyelesaian solusi ini. Masalahnya, proses pendewasaan emosi pada masing - masing individu itu tidaklah mempunyai kecepatan yang sama. mampukah Debbie dan Pete melewati ujian yang menghadang untuk selanjutnya bisa melangkah maju menghadapi ujian lainnya? *ngaca*
Meski digarap oleh orang Amerika dengan gaya komedi Amerika, This is 40 ini cukup realistis dalam mengetengahkan problem rumah tangga. Apa yang dialami oleh Debbie dan Pete bisa dialami oleh pasangan manapun, termasuk saya *ngaca* Naik turun hubungan Debbie dan Pete menjadi sajian yang menarik. Dialog - dialog dan polah tingkah para aktor/aktris pendukungnya mampu memancing tawa. Sedikit distraksi, seperti kebanyakan film yang melibatkan Judd Apatow lainnya, tidaklah terlalu mengganggu, meski membuat durasi menjadi lebih panjang. Dan Judd Apatow tidak benar - benar memberikan solusi atas apa yang dialami Debbie dan Pete, namun yang pasti mereka memutuskan kalau pernikahan mereka masih ... lanjoooot. *ngaca* Saya berkaca - kaca nonton film ini *curhat* Lebih bagus dan lebih enak dinikmati dari pada The Story of Us.




Intinya sih, setiap pernikahan itu pasti ada masalah. Namanya juga menyatukan dua individu, dua keluarga, dua sejarah. Tapi please ya, sikapi dengan dewasa. Setiap masalah pasti ada solusinya. Tidak bisa melarang ketika memilih solusi berpisah, tapi paling tidak solusi itu harus terpaksa diambil apabila usaha - usaha dan komunikasi - komunikasi yang dewasa sudah dilakukan tapi tak jua menemukan titik temu. *curhat berkaca - kaca sambil ngaca*
Pernikahan bukanlah sesuatu yang mudah, tapi bukan berarti tidak bisa dijalani. Setiap manusia yang hidup toh pasti menemui masalah. Jadi, sebelum memutuskan menikah, persiapkan dirimu dengan sangat amat baik. Jangan terlalu menggantungkan kebahagiaan pada orang lain. Percuma kalau orang lain sudah berusaha maksimal tapi kamunya gak merasa bahagia. Syukurnya kurang tuh. Kunci bahagiakan ada di rasa syukur. Assalamualaikum.



0 comments:

 

BLOG LIST

BLOG LIST

BLOG LIST