skip to main |
skip to sidebar
Paska menyaksikan Simple Simon yang dihasilkan sineas dari Swedia ini, saya semakin yakin kalau diluar sana masih banyak sekali kisah cinta yang siap untuk diangkat ke layar lebar tanpa harus mengangkat kembali kisah cinta sebelumnya yang pernah di hadirkan. Saya dibuat takjub dengan kreatifitas Andreas Ohman dalam menghadirkan sebuah kisah cinta yang manis dan disajikan dengan menarik serta tidak klise. Dari kisah seorang penderita Sindrom Asperger, kita diajak untuk mengarungi galaksi penuh cinta.
Sebagai seorang dengan Sindrom Asperger, Simon (Bill Skarsgard) sangatlah tergantung dengan keteraturan dan keseimbangan. Dua hal tersebut goyah ketika sang kakak yang merupakan sumber keteraturan dan keseimbangan Simon, Sam (Martin Wallstrom), memutuskan untuk mandiri bersama ceweknya, Frida (Sofie Hamilton). Karena aksi protes Simon dan juga rasa sayang terhadap adiknya, Sam mengajak adiknya turut serta. Masalahnya, sebagai orang baru, Frida dianggap sebagai ancaman terhadap keteraturan dan keseimbangan yang telah tercipta. Setelah melalui negosiasi, akhirnya terwujudlah sebuah keteraturan dan keseimbangan yang menuntut Frida untuk berusaha keras menyesuaikan diri. Sayangnya, kesabaran Frida tidaklah banyak. Akibat sebuah insiden, Frida memutuskan untuk keluar yang membuat Sam merana. Kondisi ini tentu saja tidak baik bagi Simon karena lagi – lagi dia harus mengembalikan keteraturan dan keseimbangan yang hilang. Maka, dimulailah misi Simon mencarikan cewek pengganti bagi kakaknya yang justru merekatkannya dengan Jennifer (Cecilia Forss).
Satu hal yang membuat film ini istimewa adalah karakter Simon yang mengidap Sindrom Asperger. Dengan karakterisasi yang tidak lazim, mampu memberikan kita sebuah kisah cinta yang segar. Dengan karakter yang dimilikinya, Simon mempunyai kesulitan dalam mengekspresikan dirinya, bahkan cenderung tidak punya perasaan. Tidak mudah memang menghadapi orang dengan sindrom asperger. Ada ketimpangan sedikit saja bisa langsung mengacaukan mereka yang bisa berakibat buruk tidak hanya bagi dirinya namun juga bagi orang – orang disekitarnya. Orang dengan sindrom asperger hanya bisa digerakkan oleh apa yang menjadi minatnya.
Dibuka dengan opening yang menjurus ke area semesta angkasa, nyatanya hal tersebut erat kaitannya dengan isi film dan judulnya (kalau diterjemahkan dalam bahasa Inggris, judul asli film ini menjadi IN SPACE THERE IS NO EMOTION). Bukan sekedar gaya – gayaan. Simon mungkin terlihat sebagai pusat sebuah orbit dimana orang – orang disekitarnya bergerak berdasarkan gaya yang dia hasilkan. Mereka dituntut untuk menyesuaikan diri dengan keadaan Simon. Namun bagi Simon, Sam lah pusat orbit bagi dirinya. Sedangkan bagi Sam, Frida merupakan pusat orbit yang mempengaruhi pergerakannya (hidupnya). Semuanya saling terkait. Hubungan antar manusia nyatanya bisa dipahami lewat kacamata ilmu pengetahuan (fisika). Berpatokan pada teori big bang, Simon menciptakan sebuah tatanan baru dimulai lewat benturan yang terjadi antara dirinya dengan Jennifer, yang memaksa Simon untuk sejenak keluar orbit dan mengikuti pergerakan dari Jennifer. Disinilah kita diajak untuk melihat bahwa antar manusia itu sejatinya saling terhubung dan tergantung. Keteraturan dan keseimbangan bisa terjalin kalau kita saling mengisi. Hati bukanlah ruang hampa udara. Ketika Simon yang seorang sindrom asperger sampai pada pemikiran mungkin ada emosi di luar angkasa, kita yang (dinilai) normal idealnya sudah paham dan mewujudkannya dengan sikap saling menghargai, termasuk kepada mereka yang dianggap tidak normal.
Dengan cerita yang menarik, Simple Simon oleh Andreas Ohman disajikan dengan warna – warna yang menyegarkan mata hingga kita terbawa dalam kisah dinamis nan ceria. Saya pribadi sih sebenarnya agak terganggu dengan penggunaan warna yang cukup meriah mengingat setahu saya sindrom asperger itu cenderung tidak suka kalau konsentrasinya dikacaukan. Tolong dibenarkan kalau saya salah. Obsesi Simon dengan kebulatan membuat layar dipenuhi oleh hal – hal berbau lingkaran. Salut deh untuk kinerja bagian artistik yang sangat detail dalam penggarapannya. Simple Simon di mata saya cukup berhasil memberikan pemahaman kepada penonton tentang sindrom asperger, melengkapi pengetahuan sebelumnya yang didapat dari film Ben X. Kedua film tersebut intinya sama, seorang sindrom asperger itu tetaplah manusia yang punya hati. Bedanya, Simple Simon jauh terasa manis. Apalagi endingnya, yang bakal membuat kamu bergelayut manja di pelukan kekasih. Aaaaaaawww....so sweet. Simple Simon jelas masuk dalam daftar film romantis yang mengesankan saya. Sangat sangat direkomendasikan untuk ditonton.
Selesai menyaksikan film ini, kok saya membayangkan film ini bakal di remake oleh Holly ya?
8 comments:
Suka akting anaknya Stellan Skarsgard yang jadi Simon. :)
Cara pandang kita agak beda-beda-sama. Kalau Om Sobi mungkin lebih ke hubungan Simon dengan orang-orang sekitarnya (serta pengaruhnya dengan keseimbangannya). Kalau aku lebih personal ke Simonnya (makanya di reviewku lebih dieksklusifkan tentang karakter Simon). Aku lebih menyoroti film ini dari sisi konsep perasaan yang dipahami Simon, sesuai judulnya "Simple Simon," lengkap dengan rutinitas-rutinitasnya, dan ketika Simon bertabrakan dengan hal-hal yang tidak sesuai dengan konsepnya itu.
Apapaun cara pandangnya, film ini memang TOP kok. *TOS*
Om, kok filmnya akhirnya banyak yang unik yg dari europe yaaa, pengen deh :D
@Rijon : kita sebenarnya melihatnya dari judulnya ya. Terima kasih sangat lho filmnya :)
@Om Soby: Iya, Om Sobi lebih ke judul Swedianya. Kalau aku lebih ke judul Inggrisnya. Gitu ya kurang lebihnya. Ya, apapun sudut pandangnya, mau dilihat dari kacamata mana, film ini memang keren. *TOS*
waaah jadi penasaran sama film ini, dvd nya susah gak ya dicari...
Kayaknya bakalan susah ya. Aku aja dikasih sama Rijon/Kinema
Akhirnya saya juga bisa nemu film ini dan langsung mendownloadnya. :D
Setelah ditonton, saya setuju 100 % kalo "Simple Simon" ini punya ide cerita yang unik, fresh, dan gak klise, beda jauh dari romcom2 lainnya. Romcom yang unik. :D
Tapi kok saya malah kurang puas ya sama endingnya, nasib Si Sam-nya gimana tuh..
Sayang ya durasinya kependekan, pdahal kayanya masih ada yang mengganjal gitu tentang nasib Si Sam-nya. :D
But overall, film ini bagus banget, saya dibikin ketawa-ketawa sama tingkah Si Simon. Yang paling saya suka dari film ini yaitu monolog si Si Simonnya. Gokil. :D
Berkat film ini juga saya akhirnya tau kaya gimana Sindrom Asperger itu. :)
Buat yang belum nonton, recommended abis deh pokoknya! :)
@Akmal Fahrurizal : halo....salam kenal. Blognya udah aku link. Mungkin karena filmnya fokus ke Simon kali ya jadinya Sam nya agak dipinggirin. Itu kayaknya udah putus kan sama ceweknya?
Posting Komentar