INCENDIES


Sepeninggal ibu mereka, Jeanne (Melissa Desormeaux-Poulin) dan Simon (Maxim Gaudette) mendapatkan sebuah tugas yang sayangnya tidak begitu mereka sukai. Mereka harus mencari ayah dan saudara mereka yang tidak mereka ketahui secara jelas, baik keberadaannya maupun sejarahnya. Awalnya Jeanne melaksanakan wasiat tersebut, namun setelah bergulirnya waktu, giliran Simon mau tidak mau berperan aktif dalam pencarian yang penuh kejutan tersebut. Lewat penelusuran yang cukup melelahkan, mereka mendapati kelamnya perjalanan hidup dari sang ibu, Nawal Marwan (Lubna Azabal). Pada akhirnya, mereka terpaksa harus dihadapkan pada sebuah penemuan yang mengejutkan dan mereka harus berdamai dengan kenyataan yang menyesakkan tersebut. Sebuah kejutan yang tidak hanya menghantam Jeanne dan Simon, namun juga menyayat hati kita untuk kemudian mempertanyakan dan merenungkan atas apa yang terjadi di dunia ini, terutama yang terkait dengan kekerasan yang memporak – porandakan hubungan antar manusia.


Incendies arahan Denis Villeneuve berdasarkan naskah tulisan Wajdi Mouawad ini sepanjang durasi tak henti – hentinya menghadirkan adegan demi adegan yang menghantam rasa. Menebarkan kegelisahan untuk kemudian (untungnya) mencoba menghalaunya dengan sebuah penutup yang menentramkan. Incendies diawali dengan sebuah janji atas nama cinta yang dalam perjalanan untuk memenuhinya harus melewati berbagai halangan, namun pada akhirnya semuanya dikembalikan pada asal muasal janji tersebut, yakni cinta. Wasiat Nawal terhadap anak – anaknya tak pelak menggoreskan luka, namun dari luka tersebut sang anak bisa memahami asal muasal mereka. Dari perjalanan penelusuran kisah sang ibu, (diharapkan) Jeanne dan Simon mempunyai pijakan yang kuat akan keberadaan mereka, bahwa mereka ada karena cinta. Nawal tidak ingin anak – anaknya hidup dalam bara api yang membakar dan tidak menentramkan yang parahnya bisa terus menjalar menghanguskan yang ada disekitar. Incendies tidak sekedar memaparkan sebuah history of violence, namun juga sekaligus berusaha meredamnya. Dan memang, untuk mengakhiri sebuah konflik, perlu sebuah penelusuran masalah sampai ke akarnya.


Seperti halnya kisah Romeo dan Juliet, tragedy dalam Incendies berawal dari kisah cinta yang terhalang oleh nilai. Disinilah hadir sebuah kritikan akan budaya dan norma (agama) yang sebenarnya hadir demi sebuah keteraturan, namun pada kenyataannya justru memecah belah hubungan dan menjauhkan manusia dari keteraturan. Masing – masing pihak berusaha mempertahankan apa yang mereka yakini. Pada akhirnya, keyakinan yang ada justru mereka permainkan demi keselamatan diri sendiri. Yang lebih menyedihkan, lagi, budaya dan norma yang ada menempatkan perempuan sebagai korban. Dan Nawal adalah salah satunya. Nawal terombang – ambing di tengah konflik hingga babak belur, tidak hanya secara fisik namun juga hidupnya. Ketangguhan Nawal dalam usaha mewujudkan janjinya dia tunjukkan dengan cara – cara yang tak kuasa kita gugat benar atau tidaknya, namun yang pasti dia melakukan atas nama cinta terhadap anaknya

3 comments:

Anonim mengatakan...

ada alamat donlotnya kah???

Anonim mengatakan...

filmnya bagus,, walaupun alurnya lambat,, sangat tdk menyangka ketemu adik dan ayahnya secara bersamaan

Anonim mengatakan...

sangat tragis....tidak dapat dibayangkan dengan kata2....sungguh kisah yang sangat tragis...namun, itulah hidup yang tak dapat dinilai dengan serangkaian rencana.

"satu ditambah satu adalah dua, namun bisakah satu ditambah satu adalah satu?" inilah yang penting dari makna film diatas...

Wajib nonton...terlepas dari makna agama diatas...Very Good Movie!!!

 

BLOG LIST

BLOG LIST

BLOG LIST