MADE IN DAGENHAM


Nigel Cole tampaknya mempunyai minat tersendiri terhadap kiprah kaum hawa. Setelah sebelumnya sukses menghadirkan polah tingkah para perempuan baya dalam Calendar Girls, Kini Nigel Cole menghadirkan Made in Dagenham yang menyoroti perjuangan buruh perempuan demi pemerataan upah selayaknya yang diterima oleh para buruh lelaki. Dalam perjuangan tersebut, Rita O'Grady (Sally Hawkins) diposisikan sebagai pemimpin gerakan “We Want Sex Equality”, sebuah gerakan yang pastinya mendapatkan banyak halangan mengingat Rita dan kawan – kawan berjuang di penghujung era 1960-an, masa dimana kiprah perempuan belumlah diakui seperti di era sekarang. Perjuangan Rita dan kawan – kawan makin berat mengingat mereka bekerja di industri yang didominasi oleh pekerja berjenis kelamin lelaki. Gerakan tersebut makin membuat hidup mereka makin kompleks mengingat status mereka sebagai ibu rumah tangga dengan tuntutan peran sebagai istri sekaligus ibu. Hebatnya, gerakan tersebut menjadi sorotan nasional dan pada akhirnya masuk ke ranah politik. Sungguh tak terduga, kiprah para perempuan pekerja di Dagenham nyatanya mempunyai pengaruh, tidak hanya di Inggris saja namun juga dunia.


Made in Dagenham memberikan sorotan pada kiprah Rita yang diperankan dengan menyenangkan oleh Sally Hawkins. Dipilihnya aktris yang makin dikenal berkat perannya dalam Happy-Go-Lucky sungguh sebuah pilihan yang tepat. Sosok Rita tidak menjelma menjadi sosok super, namun terlihat manusiawi dengan sifat polosnya tanpa harus mengesampingkan keteguhan hati. Pemilihan Sally Hawkins mampu membuat Made In Dagenham menjadi sebuah tontonan yang terasa ringan tanpa harus kehilangan misinya. Rita dengan tampilan fisiknya yang mungil harus menghadapi banyak tekanan dari berbagai pihak. Tidak hanya tekanan dari si pemilik modal, Rita diposisikan sebagai sang antagonis ketika gerakan yang dia terlibat di dalamnya berpengaruh terhadap kehidupan ekonomi mereka yang menggantungkan hidupnya pada tempat dimana Rita juga mencari nafkah. Cobaan juga menerpa Rita ketika beberapa temannya berbelok arah. Untungnya Rita mempunyai suami simpatik layaknya Eddie O'Grady (Daniel Mays). Meski hubungan keduanya sempat guncang, namun Eddie sebenarnya mendukung apa yang dilakukan oleh Rita. Sosok Eddie layak dihadirkan sebagai gambaran tidak semua pria menentang gerakan emansipasi.


Selain Rita, Made in Dagenham menghadirkan beberapa sosok yang secara langsung maupun tidak langsung terpengaruh dengan gerakan “We Want Sex Equality”. Lisa (Rosamund Pike) mewakili perempuan mapan yang terdidik namun eksistensinya tertindas oleh status. Kiprah Rita mampu menginspirasi Lisa untuk melawan hal tersebut. Connie (Geraldine James) merupakan sosok perempuan yang, meski sementara, memilih mundur karena keadaan yang menuntut dia bersikap demikian dan bukan berarti dia menyerah. Sedangkan Miranda Richardson yang berperan sebagai Barbara Castle merupakan gambaran birokrat (wanita) yang ideal. Sebagai birokrat wanita, Barbara sadar benar bagaimana sulitnya menembus dominasi kaum lelaki, karenanya dia memantau dan mencoba membantu sesuai dengan kewenangannya.


Secara keseluruhan, menurut saya Made In Dagenham merupakan film yang cukup menarik. Kisahnya cukup enak dinikmati dengan barisan cast, terutama Sally Hawkins yang terlihat rileks dengan perannya. Kita juga bakal dibuat tersenyum dengan selipan humor melalui beberapa polah tingkah para perempuan pekerja teman – teman Rita. Selain itu, Nigel Cole berhasil membawa kita ke masa akhir 1960-an dengan property, tata kostum dan make up yang digarap serius. Dan setiap keahlian pantas dihargai dengan pantas tanpa memandang jenis kelamin. Sekian.

0 comments:

 

BLOG LIST

BLOG LIST

BLOG LIST