TRULY HORROR


Ada sesuatu yang aneh dengan film horror. Tujuan utama film horor adalah menghadirkan ketakutan dan kengerian, namun kenyataannya banyak orang yang suka, bahkan tergila-gila dengan film horor. Horor memang mengasyikkan. Ada berbagai macam sensasi yang muncul ketika menonton film horor. Sensasi menonton film horor itu kadang sama dengan sensasi yang ditimbulkan ketika bercinta. Awalnya ada yang tegang, namun setelah kisah berakhir ada semacam rasa lemas yang menghampiri. Lemas karena lega kisah berakhir dan sang protagonis bisa selamat, lemas karena dibuat cemas dan adrenalin dipacu sepanjang sekitar 90 menit. Dan tak jarang, ketegangan mampu memicu rasa muak yang membuat muntah.


Horor sekarang ini tampaknya mengalami pemekaran interpretasi. Beberapa pihak merilis film horor pilihan mereka yang kadang memunculkan pertanyaan, ”film ini termasuk film horor?” Hal ini menunjukkan kalau interpretasi akan horor itu sangatlah personal. Kalau saya sih inti dari film horor adalah film yang membangkitkan rasa takut, tegang dan ngeri. Balutan misteri yang diurai perlahan yang membangkitkan rasa penasaran dan dikemas dengan tuturan yang apik serta twist yang mencengangkan menjadi nilai plus tersendiri.
Horor itu hadir dari berbagai wujud, karenanya ketika saya memilih film horor favorit rilisan tahun 2000 s/d 2009, saya membaginya menjadi beberapa bagian yang agak maksa. Total ada sekitar 30-an judul film yang merupakan horor bagi saya. Daftar ini sangatlah personal, jadi dilarang protes hehehe...


HORORNYA FILM INDONESIA
Dalam kurun waktu antara tahun 2000 – 2009, dunia sinema Indonesia pernah membuat beberapa film yang cukup horror lho, sebelum pada akhirnya hadir film – film (yang maunya Horor) menjadi saru untuk ditonton. Memalukan. Inilah horror sesungguhnya bagi dunia film nasional. Film Horor Indonesia favorit saya bisa dibaca disini


HORORNYA YANG TAK TERLIHAT
Menyinggung film horor, rasanya tidak bisa dipisahkan dengan kisah dari alam lelembut. What Lies Beneath, The Others dan The Grudge saya anggap pantas mewakili film horror dimana setan/hantu menjadi subyek yang menghadirkan kengerian dan ketegangan. What Lies Beneath mungkin mempunyai garis cerita layaknya film horor Indonesia dimana lelaki senantiasa digambarkan sebagai pihak yang tidak mampu menjaga kelaminnya hingga sanggup menimbulkan korban yang penasaran. Di tangan Robert Zemeckis, What Lies Beneath menjelma menjadi tontonan yang asyik dengan ketegangan yang terjaga dengan baik. Apalagi didukung dengan performa memikat dari Michelle Pfieffer. Dan saya suka ketika Harrison Ford dijadikan sebagai penjahat. The Grudge dimata saya menjadi remake horor produk Asia yang cukup berhasil. Tahu sendiri kan bagaimana Holly sering membuat ulang kisah horor Asia yang hasilnya justru menjemukan dan terlihat menggelikan. Untuk The Grudge, susah rasanya untuk melupakan adegan keramas dan tarik selimut.
The Others saya anggap sebagai film terbaik yang menampilkan dunia hantu. Saya sukaaa sekali dengan bagaimana Alejandro Amenabar menyimpan misteri besar yang sangat mengejutkan. Salah satu twist ending terbaik yang pernah saya lihat. The Others dengan rapi menghadirkan kejutan demi kejutan yang sukses membuat penonton teriak kencang. Masih ingat ketika menonton film ini di rumah saya bersama teman- teman, Adegan ketika Nicole Kidman (saya suka sekali akting dia di film ini) membuka kain yang menutup wajah anaknya mampu membuat salah satu teman saya berteriak melengking yang membuat teman – teman lain yang sedang nongkrong di halaman, berlarian masuk ke dalam rumah untuk melihat apa yang terjadi. Momen tersebut menjadi salah satu alasan mengapa saya sangat menyukai film ini. The Others mampu membuka perspektif kita akan ”yang lain”.


The Orphanage juga merupakan film horor terbaik yang pernah saya tonton. Bukan kisah hantu sebenarnya, tapi kita digiring untuk percaya untuk berpikiran demikian. Gedoran itu awalnya sangat mengagetkan, namun yang terjadi sebenarnya sangatlah mencengangkan. Endingnya sangat menyakitkan. Joshua menghadirkan setan dalam sosok yang berbeda dalam balutan isu sibling rivalry dan baby blues syndrome. Ceritanya cukup rapi dan Sam Rockwell (akan tetap cinta dengan nama belakang ini) benar-benar setan! Final Destination memang tidak menghadirkan setan, namun cara apa yang akan dipilih oleh sang pencabut nyawa selalu patut ditunggu.


HORORNYA LUKA
Jeritan dan darah yang memancar akibat senjata tajam yang menembus bagin tubuh senantiasa menghadirkan kengerian. Tontonan jenis seperti ini meski kadang memuakkan, namun entah mengapa selalu menghadirkan rasa kangen ketika lama tidak mencicipinya. Indikasi kalau kita ”sakit”? Mungkin. Melihat orang tersiksa kok doyan. Sebelum Saw muncul, remake The Texas Chainshaw Massacre lebih dulu hadir menebarkan terror penuh darah. Ditopang dengan jajaran pemain bertubuh segar, film ini untungnya masih mampu menghadirkan ketegangan yang konsisten sepanjang durasi. Film yang menyenangkan. Meski banyak yang membencinya, saya nyatanya sangat menikmati aksi Jigsaw. Tapi cukup 2 seri saja. Seri – seri selanjutnya rasanya sudah tidak menarik lagi. Saw 1 dan Saw 2 dalam pandangan saya, selain mengeksploitasi siksaan, juga menghadirkan persoalan dilematis yang menarik. The Collector yang muncul belakangan dan tak kalah menegangkan rasanya pantas dibuatkan sekuelnya (yang kabarnya berjudul The Collection) . Menarik melihat jebakan apa lagi yang bakal dibuat oleh Sang Kolektor.
American Psycho dan Funny Games menghadirkan kengerian yang berbeda. Kita dibuat bergidik dengan motif para pelaku dalam kedua film tersebut. American Psycho dan Funny Games berhasil mengulik sisi kelam bak binatang dari manusia. Untuk horror yang lebay, Jepang tampaknya belum ada saingan. Battle Royale dan Suicide Club dengan caranya masing-masing menghadirkan kengerian dengan pendekatan yang berlebihan, meski kalau dicermati dua film tersebut mencoba mencermati gaya hidup remaja (Jepang). The Hitcher meski tidak royal mengumbar rasa sakit, mampu memacu adrenalin saya dengan aksi dingin Sean Bean. Puas rasanya dengan aksi pembalasan dari Sophia Bush di akhir kisah. Ceritanya sangat renyah, tapi adegan mobil jatuh itu susah untuk saya lupakan. Saking sukanya, adegan itu saya potong untuk ditonton berkali-kali. Dari Perancis, hadir Inside yang sangat brutal, seru dan berdarah-darah. Ngilu liatnya.


HORORNYA MAKHLUK JELEK
Kegelapan sering menghadirkan rasa ngeri hingga kita gentar untuk melaluinya, walau sejenak. Kalau gelap saja sudah membuat kita gentar, apa jadinya kalau dalam kegelapan itu hadir segerombolan makhluk jelek yang mengancam nyawa? The Descent dan Pitch Black sukses mengawinkan kengerian yang ditimbulkan akibat kegelapan dan makhluk buas nan jelek. Begitupun dengan Jeepers Creepers. The Mist meski lebih banyak menghadirkan konflik antar persona, namun usaha mereka untuk bisa selamat cukup menegangkan. Dan yang paling horror dari The Mist adalah….. endingnya! Tega nian dan bikin ngamuk.


HORORNYA VAMPIRE
Terus terang, saya bukanlah pecinta film vampire. Masalahnya adalah, film vampire itu ujung – ujungnya mencoba meromantisir hubungan cinta yang terlarang. Bosan melihatnya karena kadang justru melunturkan kadar kengerian dari sang makhluk penghisap darah tersebut. Let The Right One In menjadi suatu pengecualian. Kisah cintanya tetap ada, namun ketika vampir dipresentasikan sebagai sosok belia nan buas, yang ada justru bulu kuduk yang berdiri karena miris sekaligus ngeri. Apalagi ketika melihat mulut perempuan kecil itu berlepotan darah dengan tatapan mata yang memancarkan kekejaman. Kontras sekali dengan iklan minum susu hehehe….Salju yang dingin dan putih namun ternoda oleh merahnya darah makin membuat film ini benar- benar horror.


HORORNYA REKAMAN KAMERA GOYANG – GOYANG
Ada banyak cara yang dipilih dalam penyajian sebuah film horor, salah satunya dengan shaky camerawork. Pendekatan ini sengaja dipih untuk memberi pengalaman pada audiens untuk merasa terlibat dalam kisah yang dihadirkan. Dengan gempuran gambar yang seolah nyata tidak dibuat-buat, film model begini diharapkan bisa mudah mengikat emosi penonton, meski kadang harus disiksa dengan rasa pusing. Rec dan Cloverfield menurut saya berhasil dalam memberikan kengerian yang terasa nyata, didukung dengan penampilan para bintangnya yang apa adanya. Diary of The Dead sebenarnya tidaklah serem-serem amat, namun kreatifitas George A Romero sangatlah mengesankan. Saya suka ketiga film tersebut.


HORORNYA KENYATAAN
Siapa bilang horror hanya dimilki oleh film fiksi semata? The Cove bisa jadi merupakan film documenter paling horror yang pernah saya tonton. Siapa yang tidak merasa ngeri melihat lautan yang memerah akibat pembantaian lumba-lumba yang mempunyai citra sebagai hewan yang manis dan cerdas? Keberhasilan film ini dalam menyajikan horror yang nyata (bukan hanya terasa nyata) dapat dilihat dari reaksi – reaksi yang muncul setelah menonton film ini. Kesedihan dan kemarahan sekaligus. Kekejaman pembunuh lumba-lumba sungguh horror yang sebenarnya, melebihi kekejaman yang dilakukan oleh tokoh fiksi, Jigsaw dan Joker misalnya.


HORORNYA SUASANA
Horor tidak hanya hadir dengan setan yang banci tampil, agresifitas makhluk jelek atau manusia sakit yang sibuk mengiris – iris manusia lain. Horor bisa hadir dari suasana sepi mencekam yang dibaliknya tersembunyi sesuatu yang tidak beres. Elephant dan 4 Months, 3 Weeks, 2 Days adalah dua film yang mampu membangkitkan tegang sekaligus merinding walau disajikan dengan pendekatan yang minimalis. Dua film ini terasa sepi sunyi, namun menyimpan sebuah bahaya besar yang siap muncul tak terduga. Kita dibuat terpaku pada layar dengan perasaan tegang, harap – harap cemas sesuatu yang buruk tidak terjadi. Untuk 4 Months, 3 Weeks, 2 Days, saya terkesan dengan bagaimana film ini mampu meberikan rasa ngeri hanya dengan suara-suara yang sebenarnya sering kita dengar sehari – hari. Suatu kebetulan kalau dua film tersebut berjaya di ajang Cannes.


HOROR YANG MENYENANGKAN
Horor nyatanya bisa sangat menyenangkan buat ditonton. Shaun of The Death, Doghouse, Zombieland dan Drag Me To Hell saya anggap cukup berhasil mengawinkan kengerian, ketegangan dan kelucuan pada waktu yang bersamaan. Jennifer’s Body mungkin tidak lucu-lucu amat, namun dialog yang nakal serta pergumulan Megan Fox dan Amanda Seyfried tidak pantas untuk dilewatkan. Pergumulan dalam arti sebenarnya dan tidak sebenarnya hehehe...


HORORNYA FOBIA
Apa yang paling kamu takuti adalah horor yang sebenarnya. Dengan bekal pemikiran setan dan manusia tidak bisa saling bersentuhan, maka saya tidak gentar dengan yang namanya setan. Saya justru sering membayangkan pengen salaman kalau misalnya ada setan yang iseng nongol di depan saya. Gak tahu sih kalau nanti ketemu beneran hehehe.... Kalau bertemu Psikopat, makhluk jelek yang buas, vampir dan sejenisnya, saya mungkin tidak akan menang, namun paling tidak saya masih ada usaha untuk melawan atau menyelamatkan diri. Nah, kalau ketemu ular? Hewan melata ini bagi saya adalah benar-benar horor yang sampai sekarang belum mampu saya hadapi. Pasrah deh. Bahkan, ketika hewan tersebut dengan kurang ajarnya tampil dalam mimpi, sudah berhasil membuat saya lemas. Snakes on A Plane mungkin bukanlah film yang bagus, namun film yang sudah saya tonton berkali-kali ini masih saja selalu berhasil memberikan ketegangan dan kengerian pada saya. Ada kebanggaan tersendiri ketika bisa menuntaskan film yang dipenuhi binatang paling jelek ini. Puas rasanya melihat mereka hancur! *lebay*


HORORNYA TERIAKAN SEPANJANG MASA
Kalau ditanya apa film horor favorit saya sepanjang masa? Dengan lantang saya akan menjawab : SCREAM. Mungkin banyak film yang lebih seram dibandingkan film Scream, namun selain isi cerita yang bernas dengan mengolok – olok pakem film horror serta ketegangan dan misteri yang terjaga dengan apik, film ini meninggalkan satu kenangan yang tidak bakal saya lupakan. Saya sukaaaaaaa posternya. Kenangan berkaitan dengan film ini akan saya bagi nanti pada tulisan “pengalaman nonton di bioskop paling berkesan”.

3 comments:

tama mengatakan...

Kalau film 1408?
termasuk kategori yang mana dong?

Juntailamb's mengatakan...

Gak ada The Shining nih?

curhatsinema mengatakan...

@tama : bingung juga ya hehehe... horor psikologis mungkin. Satu ruang sama The Shining :)

@Juntailamb : kan ini khusus untuk rilisan 2000 - 2009, tapi kalo disuruh buat list sepanjang masa, kayaknya The Shining gak bakal masuk horor favorit versi saya :)

 

BLOG LIST

BLOG LIST

BLOG LIST