HOW I ENDED THIS SUMMER ( KAK YA PROVYOL ETIM LETOM )


Dua orang beda usia dan beda sikap harus bekerja sama sebagai pengamat cuaca, sebuah pekerjaan yang sangat mempengaruhi kehidupan orang banyak, di sebuah tempat yang jauh dari keramaian dengan tingkat kedinginan yang akut. Selain kesunyian dan cuaca ekstrim, di tempat tersebut keduanya harus siaga terhadap beruang kutub yang ganas serta sisa-sisa radiasi nuklir yang dapat mendatangkan bahaya yang mematikan. Mereka adalah Sergei (Sergei Puskepalis) dan Pavel (Grigoriy Dobrygin). Dengan latar belakang yang jauh berbeda, terdapat perbedaan dalam menyikapi situasi yang melingkupi keduanya. Perbedaan yang ternyata mampu menghadirkan sebuah tontonan yang sangat mengasyikkan dan sukses membuat saya berdebar – debar hampir sepanjang durasi yang mencapai 124 menit.


Perbedaan karakter yang menyimpan konflik akhirnya meletus juga dengan kebohongan demi kebohongan yang dibuat oleh Pavel. Otak Pavel seakan membeku hingga mendorong dia melakukan aksi – aksi bodoh yang membuat gemas penonton. Disinilah saya melihat sebuah tamparan terhadap generasi muda yang seringkali bermodalkan rasa tanggung jawab yang minim. Namun, secara halus, para generasi terdahulu juga diingatkan untuk menjadi mentor yang lebih baik. Pun demikian, kita pastinya lebih menempatkan Pavel sebagai pihak yang pantas ditendang ketimbang Sergei.


Sebuah film yang bagus itu tidak perlu dihasilkan dengan cara – cara yang ribet dalam kemasan maupun ceritanya. How I Ended This Summer menjadi film yang sangat bagus di mata saya berkat keefektifannya dalam menyajikan sebuah tontonan yang padat memikat, meski bermodalkan cerita yang sederhana dan sangat minim pemain. Rasanya film ini menjadi salah satu film yang menampilkan jumlah pemain paling sedikit yang pernah saya tonton. Cukup dua orang yang wara – wiri di layar ditambah sumbangan suara beberapa orang (kalau tidak salah 3 orang). Namun, hal tersebut justru menjadi kekuatan tersendiri bagi film ini. Dengan jumlah pemain yang minim dan cerita yang sederhana, tapi kalau dituturkan dengan apik, hasilnya adalah sebuah tontonan yang ciamik. Saya tak henti-hentinya dibuat cemas dengan apa yang akan terjadi dengan Sergei dan Pavel. Kecemasan saya juga dipicu oleh harapan agar Pavel tidak lagi melakukan kebodohan demi kebodohan.


Keefektifan How I Ended This Summer tidak bisa dilepaskan juga dari olahan gambar dari Pavel Kostomarov. Gambar-gambar yang dia hasilkan berhasil menyeret penonton ke dalam atmosfer dingin, sunyi dan mencekam hingga kita seakan dibawa ke dalam sebuah wilayah asing yang membuat kita gentar karena merasakan sebuah bahaya yang mengintai. Dengan lokasi yang ekstrem, saya memaklumi kalau proses produksinya bisa mencapai hingga 3 bulan lamanya untuk sebuah kisah yang simpel. Proses produksi yang dijalani pastilah tidak mudah yang untungnya hasil kerja keras para pekerja sinema dalam film ini sangat memuaskan bagi saya.


Alexei Popogrebski juga mampu mengarahkan dua pelakonnya dengan baik. Pemilihan Grigoriy Dobrygin dan Sergei Puskepalis sangatlah tepat. Sergei Puskepalis mampu merepresentasikan dengan baik sosok Sergei yang penuh dedikasi, cinta keluarga namun juga keras. Tanpa harus menunjukkan ekspresi super keras, Sergei mampu menunjukkan dominasinya atas Pavel. Grigoriy Dobrygin yang belum lama terjun di dunia acting juga mampu mengimbanginya dengan baik. Ekspresi rasa hormat, segan, takut, benci, kemarahan namun butuh tersirat lewat olah muka yang apik. Meski dilayar didominasi oleh dua karakter pria, namun dbalik kekerasan yang terpancar, kisah How I Ended This Summer sangatlah menyentuh hati. Kalau film ini berhasil masuk nominasi Best Foreign di ajang Oscar nanti, saya mengharapkan film ini bisa menang. Film ini juga memberikan beberapa tips bertahan hidup di cuaca yang ekstrim.

1 comments:

Anonim mengatakan...

dimana ya kalo nonton film kayak gini kalo di rental jarang ada????

 

BLOG LIST

BLOG LIST

BLOG LIST