EU CAND VREAU SA FLUIER, FLUIER / IF I WANT TO WHISTLE, I WHISTLE


Silviu (George Pistereanu) adalah seorang pemuda yang sebentar lagi akan mendapatkan kebebasan setelah sekian tahun dipenjara. Mendekati hari bahagia tersebut, Silviu mendapatkan kabar bahwa ibunya (Clara Voda) datang dari Italia dan bermaksud membawa adiknya ke Italia. Berdasarkan pengalaman di masa lampau yang menyebabkan luka berkaitan dengan polah ibunya, Silviu tidak ingin rencana ibunya tersebut berakhir. Ditengah pilihan akan kebebasan atau menyelamtakan adiknya dari luka yang sama Silviu melakukan aksi nekat yang jutsru makin memojokkan posisi dirinya. Aksi nekat tersebut makin yakin dia jalankan berkat adanya motivasi lain. Keinginan untuk lepas dari dominasi narapidana yang lain serta hasratnya menikmati waktu berdua dengan cewek yang memikat hatinya, Ana (Ada Condeescu).


Film keluaran Rumania arahan Florin Serban ini kok semakin menegaskan kesan saya akan kecenderungan sineas sana akan penggunaan hand held camera. Mungkin kesan ini sangat salah besar mengingat sedikit sekali film Rumania yang saya tonton serta minimnya informasi seputar perfilman Rumania yang saya serap. Hanya saja kebetulan sekali, sedikit film tersebut memakai pendekatan yang sama seperti The Death of Mr. Lazarescu dan 4 Months, 2 Weeks and 2 Days. Pendekatan ini memang terbukti cukup efektif dalam menghadirkan sebuah tontonan yang terasa nyata hingga mudah mengikat emosi penonton, sekaligus (mungkin) bisa menekan budget.
Dengan garis cerita yang sederhana, If I Want to Whistle, I Whistle memang sangat terbantu dengan pendekatan yang demikian. Untuk ukuran film dengan setting penjara, film ini tidaklah mengumbar kekerasan dan kekejaman. Bukannya tidak ada, namun disajikan dengan cukup bersahaja. Aksi nekat dari Silviu pun tidak digambarkan secara dramatis. Mood cerita sangat terbantu dengan penampilan George Pistereanu yang apik. Dia mampu merepresentasikan anak muda yang bergejolak yang dihadapkan pada sebuah dilema yang berat. Kegundahannya mampu dirasakan dengan baik oleh penonton. Apalagi saat dia mendapatkan penindasan.


Dengan pendekatan yang minimalis. If I Want to Whistle, I Whistle ini menurut saya sangatlah menggantungkan kekuatannya pada karakter Silviu. Sebagai sosok utama, Silviu bukanlah sosok yang loveable. Bahkan kadang saya dibuat sebal dengan sikapnya yang cenderung meledak – ledak serta terkesan angkuh. Keinginannya menghabiskan waktu dengan Ana lebih mencerminkan keangkuhan ketimbang dilandasi rasa suka yang mendalam. Silviu terkadang terlihat seperti anak muda yang sibuk merengek – rengek demi mendapatkan apa yang dia inginkan. Namun ketika Silviu dikonfrontasikan dengan ibunya, pada saat inilah hadir rasa iba terhadap dirinya. Kebengalan, kekerasan serta kenekatan Silviu nyatanya bukan tanpa sebab. Dengan karakterisasi yang memikat ini, rasa bosan yang sempat mampir mampu saya acuhkan. If I Want to Whistle, I Whistle bisa saja dinilai sebagai sebuah film yang tidak istimewa jika kita mengharapkan sebuah kisah yang meledak – ledak. Apalagi dengan endingnya yang membuat saya berkomentar “Eh….udah tho? Gitu doang?”

2 comments:

Rijon mengatakan...

Film Rumania sekarang, atau Era New Wave Rumania, memang lebih ditekankan ke neo-realisme, Om. Agak setipe-setipe sinema Iran modern (cuma film Rumania biasanya temanya lebih transparan gitu).

Rijon mengatakan...

Eh, kalau mau komplit nyicipin New Wave Rumania, coba "Police, Adjective" deh Om. :)

 

BLOG LIST

BLOG LIST

BLOG LIST